JAKARTA (LENSAKINI) – Ketegangan dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China kembali memanas. Presiden AS Donald Trump resmi menaikkan tarif impor barang dari China hingga mencapai total 145%.
Kenaikan ini diumumkan langsung oleh Trump pada hari Rabu, dan menjadi salah satu kebijakan perdagangan paling agresif yang pernah diambil pemerintahannya.
Tarif fantastis ini juga mencakup tambahan bea masuk sebesar 20% yang sebelumnya telah diberlakukan terhadap produk terkait fentanil sejak Februari lalu.
Kombinasi berbagai pungutan ini menciptakan tekanan besar terhadap arus perdagangan dua negara raksasa ekonomi dunia tersebut.
Langkah ini menuai sorotan dari para ekonom. Erica York, Wakil Presiden Kebijakan Pajak Federal di Pusat Kebijakan Pajak Federal, Tax Foundation, menyebut bahwa tarif impor setinggi ini berpotensi menghentikan sebagian besar perdagangan antara AS dan China.
“Secara umum jika Anda mencapai tarif lebih dari tiga digit, Anda akan menghentikan sebagian besar perdagangan,” ujar York seperti dikutip dari CNBC.
