Jakarta – Syaikh Abdul Qadir al-Jilani adalah salah satu tokoh sufi terbesar dalam sejarah Islam. Lahir di Jailan pada Senin, 1 Ramadhan 470 H atau bertepatan dengan tahun 1077 M, Syaikh Abdul Qadir tumbuh menjadi figur spiritual yang sangat dihormati.
Ia wafat di Baghdad pada 11 Rabiul Akhir 561 H atau 1166 M, namun warisannya tetap hidup hingga kini. Salah satu aspek yang paling menonjol dari kehidupannya adalah gelar kehormatan yang diberikan kepadanya: Sulthonul Auliya, atau Rajanya Para Wali.
Gelar Sulthonul Auliya bukanlah gelar yang disematkan tanpa alasan. Ada kisah mendalam dan menakjubkan di balik penobatan Syaikh Abdul Qadir al-Jilani sebagai rajanya para wali.
Kisah ini disarikan dari kitab Al-Fawaid al-Mukhtarah karya Habib Ali Hasan Baharun, yang juga mengutip perkataan-perkataan dari gurunya, Habib Zain bin Ibrahim bin Smith.
Melalui kitab ini, kita dapat menyelami perjalanan spiritual dan keajaiban yang dialami oleh Syaikh Abdul Qadir.
Syaikh Abdul Qadir al-Jilani dikenal karena kesalehan, kebijaksanaan, dan kedekatannya dengan Allah SWT. Ia sering disebut dalam doa-doa tahlil dan majelis dzikir, serta manaqib atau risalahnya sering dibacakan secara khusus.