Terkait Oknum Kepala Desa di Tapsel Yang Diduga Aniaya Warga, Ini Kronologisnya Versi Keluarga Kades

  • Bagikan
Foto oknum kades di Tapsel yang diduga pelaku penganiayaan yang masih berkeliaran (Ist)

TAPANULI SELATAN-Keluarga Kepala Desa Sialangan, Kecamatan Sayur Matinggi, Kabupaten Tapanuli Selatan, Sumatera Utara, Japar Suparto Silitongan akhirnya buka mulut terkait laporan warga Asmar Pane yang mengaku menjadi korban penganiayaan.

Kepada LENSAKINI, Indra Sugiarto Silitonga (30) warga Desa Sialang, Kecamatan Sayur Matinggi, Kabupaten Tapanuli Selatan menceritakan, kejadian perkelahian antara Japar dengan Asmar terjadi di tepi jalan yang menghubungkan Desa Mondang-Desa Baringin pada 16 Januari 2021.

Kala itu, Indra bersama keluarganya yakni Japar, ibunya, Cinta Silitonga, Mangaraja Polin Silitonga, dan Abut Nesar Silitonga hendak pulang usai melihat kebun di Desa Janji Mauli Baringin. Namun, sebelum pulang mereka berencana mampir di warung pecal yang tidak jauh dari kebun mereka.

“Sewaktu hendak naik ke dalam mobil, posisi mobil dan sepeda motor yang dikendarai adik saya (Polin dan Abut) semuanya menghadap ke arah Mondang. Kemudian datang Asmar Pane alias Dungel dan istrinya Irma Suryani Siregar naik sepeda motor dari arah Mondang ke Baringin. Mendekati mobil kami yang saat itu posisinya kami harus putar balik,” ujarnya.

Setelah Asmar dekat dengan mobil mereka, tambah Indra, laju sepeda motornya melambat dan kemudian Irma mengatakan “Yang jelaklah cara memandang an**** itu” dengan maksud menyebut Polin. Melihat kedatangan Asmar, pria yang mengaku anak Japar ini memundurkan mobil yang mereka kenderai dan hendak memutarnya. Namun saat itu Asmar menghentikan sepeda motornya tepat di depan mobil mereka.

“Melihat kondiri tersebut, ayah kami Japar Suparto Silitonga menanyakan kepada saya, apakah mobil bisa lewat dan saya jawat tidak. Kemudian ayah saya meminta agar saya membunyikan klakson mobil, sembari ayah saya mengingatkan kami jangan mau terpancing emosi karena bisa menjadi masalah. Klakson tidak saya bunyikan dan memilih memundurkan mobil. Setelah saya mundurkan mobil, Asmar menggeser sepeda motornya sekitar 4 sampaio 5 meter. Kemudian karena ada ruang yang bisa dilintasi mobil, kami bergerak maju dan hendak meninggalkan lokasi,” terangnya.

Tapi, lanjut Indra, saat mobil hendak lewat, Irma turun dari boncengan sepeda motor dan langsung mengakatan “memang jelek kalilah cara kalian bo*** itu”. Dan ucapan itu menurut Indra ada 2 kali didengarnya. Tetapi mereka tidak menggubrisnya dan pergi.

“Adik saya Polin dan Abut hendak mengikuti kami dari belakang dengan mengendarai sepeda motor. Namun saat memutar arah sepeda motor, mereka dihadang Irma. “berhenti-berhenti” katanya. Kedua adik saya tidak memperdulikannya dan mereka pergi,” ucapnya.

Sesampainya di warung pecal, Indra pun memarkirkan mobilnya. Namun saat mereka hendak turun dan berjalan menuju warung pecal, tiba-tiba datang Asmar dan Irma. Sedangkan Japar masih berada di dalam mobil yang saat itu dalam kondisi hidup.

“Saat itu saya mendengar Irma menyuruh suaminya menghentikan sepeda motornya. Begitu sepeda motor berhenti, Irma langsung datang ke depan mobil dan langsung berteriak ke ayah kami dengan kata-kata “yang nggak bisanya kau ingatkan anakmu itu an***. Kemudian di dekatinya ayah saya ke samping mobil. Saat itu juga, Asmar turun dari sepeda motornya dan ikut mendekati ayah saya seraya mengatakan,”hebat-hebat perasaan kalian ya. Utang kalian banyak kesana-kemari nggak bisa kalian bayar. Setelah Kepala Desanya baru kau kenal hari yang terang ini,” aku Indra.

Mendengar perkataan itu, tambah Indra, spontan ibunya menjawab. “Tidak ada urusan kalian sama Utang kami kesana-kemari. Tapi nggak ada urusan kalian disitu, nggak ada saya meminjam samamu,” ucap ibu Indra.

Namun disaat yang bersamaan, Irma menarik baju Japar dan kemudian menarik Asmar sembari menyuruh Asmar ‘memainkannya’. Japar pun bertanya kepada Asmar tentang apa masalah yang sebenarnya dan dirinya tidak mau berkelahi dengan Asmar.

“Lantas justru Irma yang memegang dan menarik baju ayah kami menjawab, “iya, yang hebar-hebatan perasaan kalian, main dulu kalian, berantam dulu kalian. Itu dikatakannya berulang-ulang dan seolah ingin melaga ayah kami dengan suaminya. Saat itu saya hanya melihat kejadian tersebut dari samping mobil,” ucap Indra.

Kemudian. Lanjut Indra, adiknya Polin berusaha mendekati Japar dan Asmar sembari setengah berlari dari arah belakang. Namun Indra berhasil menangkap dan memeluk adiknya tersebut.

“Saat berupaya menahan adik saya yang terus meronta, Irma datang dan menarik baju adik saya tersebut dan Asmar langsung meninju adik saya dan mengenai pelipis bawah sebelah kiri yang berakibat memar,” ungkap Indra.

Akibat rontahan yang begitu kuat, Polin pun berhasil lepas dari pelukan Indra. Namun, saat Polin berupaya mengejar Irma, Indra kembali bisa menangkapnya.

“Saat itu saya dengar Irma mengatakan, “inilah memang yang bandelnya” menyebut adik saya Polin. Kemudian irma mendekati adik saya Polin yang masih saya peluk. Lalu Irma menjambak rambut adik saya dan untuk yang kedua kalinya ditinju Asmar. Pukulan itu sebanyak 2 kali dan mengenai wajah sebelah kanan adik saya,” bebernya.

Polin terus meronta dan berusaha melepaskan diri dari pelukan Indra. Akibat rontahan yang begitu kuat membuat Indra terjatuh sehingga Polin berhasil melepaskan diri.

“Begitu lepas, adik saya Polin pergi ke belakang mobil. Membuka baju dan kemudian mengejar sambil mendorong Asmar dengan bahu kirinya. Kemudian Asmar memukul Polin dengan tangan kanannya dan dibalas adik saya. Kemudian saya memisahkan mereka dan mengatakan hentikanlah seraya menarik adik saya ke belakang. Setelah situasi sedikit tenang, Irma ribut. Kemuydian dia menarik dan menjambak ibu saya. Ibu kami tidak melawan dan berusaha melepaskan diri. Setelah itu pergi,” aku Indra.

Tidak sampai disitu, lanjut Indra, Irma kemudian menarik jilbab adik perempuannya hingga terlepas dan jatuh ke tanah. Mendapat perlakuaan tersebut, adiknya menangis dan tidak melakukan perlawanan. Kemudian, Irma mendatangi dirinya dan dirinya pun menghindar.

“Tak lama kemudian, adik saya Polin sudah berhadap-hadapan dan saling pukul dengan Asmar Pane. Mereka bergumul dan mengarah ke depan rumah warga bernama Kupon Siregar. Kemudian Asmar mengambil kayu, dan saat itu tiba-tiba saya dengar Irma mengatakan “sudahilah itu ayah anda, anak-anak disitu,” terangnya.

Melihat itu, Indra berusaha melerai. Dimana, dirinya mendorong Polin ke arah kanan, sementara Asmar ada disamping kirinya, dan Irma memegang kayu. Pada saat itu juga, Irma menarik bajunya dan Asmar langsung meninju dadanya hingga membuat memar.

“Saya sama sekali tidak ada melakukan perlawanan dan balasan. Tetapi berusaha mengejar Polin. Tapi Irma tidak mau melepaskan baju saya dan terus ditariknya sehingga saya terjatuhg dan menyebabkan kaki saya luka pada ibu jari,” akunya.

“Begitu saya berdiri, Asmar sudah memegang kayu. Istrinya Irma saya lihat menjambak rambut Polin dan tampak kayu mau dipukulkan ke adik saya. Lalu saya katakan, “eh…eh… kepada saya buat. Kepada saya buat”. Kemudian kayu tersebut dihujamkannya ke saya dan dapat saya hindarkan,” tambah Indra.

Saat itu, Kepala Desa Baringin menghampiri Japar sembari menangatakan kenapa tidak memisah. Kemudian Japar menjawab “biar sajalah, kalau memang berantam mau mereka, merekalah itu, nggak mau kucampur-campuri itu, kita lihat-lihat sajalah begitu”.

“Melihat ayah mendekat, Asmar menghujamkan kayu ditangannya dan mengenai bibir bawah sebelah kanan ayah. Setelah itu, dipukulnya lagi kayu itu, ditangkis ayah dengan tangan kanan dan akibatnya bengkak. Asmar kembali memukulkan kayu ditangannya dan mengenai telinga ayah sebelah kanan dan mengakibatkan luka robek. Setelah dipukul Asmar, ayah memejamkan mata dan tampak sempoyongan sembari mengatakan, “oo… Kalau ini sudah mau membunuhnya kau ini”. Kemudian ayah tangkap Asmar dan memukulnya dari belakang,” terang Indra.

Asmar dengan kayu yang masih dipegangnya terus meronta dan berupaya melepas diri dari pelukan Japar. Alhasil, keduanya pun terjatuh di teras rumah Kupon dengan posisi Asmar bdibawa menghadap lantai.

“Saya lupa apakah bangku atau beko sorong yang ada disana yang mengenai Asmar dan ayah saat jatuh,” ucap Indra.

Setelah itu datang Kepala Desa Baringin melerai sembari memeluk Japar dan mengatakan “sudalah-sudahlah bang”. Kemudian, Kepala Desa Baringin membawa Japar ke mobil dan mereka pun pergi meninggalkan Asmar yang masih telentang.

“Ternyata, adik asaya Abut masih tinggal disana. Saat kami mengarahkan mobil, ternyata Asmar sudah memukul adik saya dengan kayu dan mengenai dadanya. Dia tidak melawan, tetapi berlari ke arah mobil,” katanya.

“Setelah kami semua naik ke dalam mobil dan hendak pergi, tiba-tiba Asmar datang dan berdiri sambil memegang kayu. Adik saya Polin sudah saya suruh pulang. Kemudian si Irma datang ke depan mobil dengan mengucapkan “kenapa kalian pergi semua bo***, main bo jalan terus, anj*** bodat”. Itu diucapkannya berulang kali dan ada bukti video,” tambahnya.

Kemudian, beber Indra, Irma mendatangi Asmar yang berdiri sambil memegang kayu. Kayu itu ditariknya dan mengayun-ayunkannya ke arah mobil. Melihat itu, Japarpun turun dari mobil dan mebukan ponseldan menghidupkan kamera video.

“Saya tetap di dekat pintu dan tidak mau mendekati mereka. Saat saya videokan memang tampak darah di wajah Asmar. Saya kira luka itu terjadi saat dia dan ayah terjatuh. Setelah itu warga berdatangan seraya memisah dan mengatakan sudahlah-sudahlah itu,” akunya.

Setelah dilerai warga, Asmar dan Irma kemudian pergi naik becak. Sedangkan kayu yang mereka gunakan di lemparkan ke halaman rumah Kupon.

Sementara itu, Japar pun kemudian pergi dengan membawa barang bukti kayu yang digunakan Asmar. Kemudian mereka pergi ke Puskesmas Sayurmatinggi untuk berobat sekaligus di visum sebelum akhirnya melaporkan kejadian tersebut ke Polsek Batang Angkola.

Namun, setibanya di Mapolsek, mereka melihat Asmar dan Irma tengah membuat laporan. Japarpun akhirnya membuat laporan setengah jam setelah Asmar dan Irma membuat laporan polisi. Dimana, mereka menyerahkan bukti-bukti mulai dari video dan kayu yang digunakan. Hingga saat ini, kasus yang di laporkan Japar tengah ditangani pihak kepolisian. Sedangkan laporan Asmar dengan nomor laporan : LP/03/1/20021/SU/TAPSEL/TPS KOLA telah naik ke tingkat sidik.

Dimana dalam laporannya tersebut, pria berusia 64 ini mengaku menjadi korban penganiayaan Oknum Kepala Desa Sialangan berinisial JASS dan teman-temannya. Dalam keterangan ke polisi, aksi penganiayaan tersebut terjadi saat dirinya dan isterinya Suyani Siregar hendak pergi ke kebun di Desa Janji Mauli Baringin, Kecamatan Sayur Matinggi.

Saat itu, tiba-tiba pasangan suami isteri ini tidak sengaja bertemu dengan oknum kepala desa dan para pelaku. Tak lama, salah seorang pelaku langsung melontarkan kalimat “Hai anj***, bo***” kepada Asmar.

Mendengar ucapan tersebut, Suryani langsung mendatangi dan meminta oknum kepala desa tersebut agar melarang keluarganya untuk tidak mengeluarkan kalimat yang tidak pantas karena usia mereka sudah masuk usia lanjut.

Namun bukannya berhenti, tiba-tiba para pelaku yang diduga berjumlah 6 orang langsung mnenganiaya korban. Melihat suaminya dikeroyok, Suryani berniat melerai. Namun tiba-tiba isteri JASS menghalang-halanginya.

“Para pelaku yang mengeroyok saya berinisial JASS,IS,PS,AS,RS, semuanya merupakan satu keluarga,” ucapnya kepada wartawan.

(UA)

  • Bagikan