Masyarakat Marancar Dilahirkan Untuk Menjaga Alam

  • Bagikan
Pimpinan Komisi XI DPR-RI, Gus Irawan Pasaribu, yang juga asal Marancar foto dengan Mantari Bondar di depan Tugu Kalpataru, Marancar (foto/lensakini/zn)

TAPANULI SELATAN-Bagi masyarakat Marancar, Kabupaten Tapanuli Selatan, Sumatera Utara, menjaga alam (hutan) sudah tradisi turun temurun. Tak heran, pemerintah pusat menganugerahi tradisi Hatabosi dengan penghargaan Kalpataru.

Bahkan, dari dahulu hingga sekarang, masyaraka yang kedapatan menebang hutan atau melakukan ilegal loging maka akan dilakukan sidang adat dan disanksi.”Kami warga Marancar dilahirkan untuk menjaga hutan,”ujar Pimpinan Komisi XI, DPR-RI Gus Irawan Pasaribu kepada wartawan ketika menghadiri peresmian Tugu Kalpataru di Tanjung Dolok, Marancar, Tapsel.

Mantan Dirut Bank Sumut itu memastikan, apabila ada pelaku pembalakan hutan, dipastikan warga yang berasal dari luar daerah. Sebab, masyarakat di Marancar sangat menghargai alam, karena dari alam sumber kehidupan.

“Merusak hutan sama dengan merusak lingkungan, akibatnya sumber air akan terganggu dan akhirnya sumber kehidupan juga akan rusak, karena air adalah sumber kehidupan,”tuturnya.

Tugu Hatabosi ini harus dimaknai sebagai warisan nenek moyang yang harus dilestarikan. “Semoga penghargaan tertinggi dibidang lingkungan hidup ini menjadi role model bagi daerah lain di Sumatera Utara, “katanya.
Menurutnya, Hatabosi ini merupakan kearifan lokal yang sangat dibutuhkan masyarakat dan keturunannya dalam waktu panjang.

Diharapkannya, Hatobosi ini tidak hanya meraih penghargaan tingkat nasional namun bisa tingkat internasional.

  • Bagikan