PADANGSIDIMPUAN- Jon Pasaribu putra kelahiran Kota Padangsidimpuan Sumatera Utara (Sumut) mengingatkan kembali pentingnya makna “Poda Na Lima” untuk diterapkan di tengah masyarakat Tapanuli Bagian Selatan (Tabagsel), Kamis (7/9/2023).
Hal tersebut diungkapkan Jon Pasaribu ketika menjadi pembicara dalam acara diskusi di salah satu rumah Kopi, Sihoring-koring Jalan Abdul Jalil Batunadua Jae, Kota Padangsidimpuan.
Sebagai mana diketahui, Nilai-nilai Kearifan lokal “Poda Na Lima” mulai luntur di tengah masyarakat Tapanuli Bagian Selatan (Tabagsel). Pasalnya, keinginan untuk mengetahui atau mencari tahu tentang makna seputaran Poda Na Lima di kalangan generasi muda juga sudah tidak menjadi primadona dan seakan-akan mulai terkikis oleh zaman digital sekarang. Belum lagi, bahasa daerah kian terbenam. Sebab, mata pelajaran di sekolah tentang bahasa daerah juga hampir dilupakan.
Munculnya semangat dari Jon Sujana Pasaribu putra daerah yang lahir di Kota Padangsidimpuan ini kembali mengingatkan pentingnya nilai-nilai Kearifan lokal “Poda Na Lima”. Jon Sujana Pasaribu kembali membawa semangat baru untuk mengembalikan ruh Poda Na Lima di tengah masyarakat Tabagsel.
Jon Sujana Pasaribu menyampaikan, semangat Poda Na Lima yang diketahui sebagai falsafah adat bagi masyarakat di Angkola dan Mandailing yang mulai hilang. Dan sangat perlu digalakkan kembali.
“Jika Poda Na Lima ini kita terapkan dikehidupan sehari-hari. Saya yakin, kekerabatan, sopan santun hingga rasa saling mengayomi tentu akan tercipta sebagai pondasi bagi masyarakat,” jelas Jon.
Dia juga menceritakan kisah hidup yang sudah dijalaninya mulai dari berjuang semasa sekolah yang jauh dari orangtua hingga bekerja selama 30 tahun didunia Perbankan atau Badan Usaha Milik Daerah (BUMD). Ia banyak mengutip pelajaran untuk tidak mudah lelah dalam melakukan kebaikan. Dia juga menempah diri di Ibukota Provinsi Sumut dan di pulau Jawa.
“Semua yang sudah saya lalui akan menjadikan diri ini sebagai manusia yang bisa berguna bagi orang lain. Ini akan membuat saya untuk terus berusaha menjadi lebih baik serta berbuat baik kepada sesama,” ungkap Jon Pasaribu.
Adik dari Alm Panusunan Pasaribu dan Boomer Pasaribu ini merasa sedih akan perjalanan hidupnya karena merasa belum pernah berbuat apapun untuk Kampung Halaman.
“Jika nanti setelah pulang ke Kampung Akhirat, saya takut Tuhan bertanya apa yang sudah saya perbuat untuk Kampung Halaman, pasti saya tak bisa menjawabnya. Memang, saya sudah berjanji dan telah menyediakan Lahan untuk bangun sekolah di Batunadua, Kota Padangsidimpuan. Dengan cita-cita ini, keluarga yang kurang mampu nantinya bisa bersekolah disana,” kata Jon.
Selain itu, dia juga mengurai makna Poda Na Lima mulai dari Paias Rohamu (Bersihkan Jiwamu), Paias Pamatangmu (Bersihkan Badanmu), Paias Parabitonmu (Bersihkan Pakaianmu), Paias Bagasmu (Bersihkan Rumahmu) dan Paias Pakaranganmu (Bersihkan Lingkunganmu) untuk terus digelorakan oleh masyarakat Tabagsel.
“Semua ini bisa terpikir setelah di perantauan. Salah satunya, Poda Na Lima. Jika setiap orang bisa menerapkan ‘Poda Na Lima’ maka ini bisa menjadi nasehat dan pegangan hidup,” sebutnya.
Begitu juga dengan “Dalihan Na Tolu” (Mora, Kahanggi, dan Anak Boru) yang merupakan istilah kekerabatan Batak Angkola. Juga baginya memiliki esensi yang dahsyat.
“Jika sudah menjunjung tinggi Dalihan Na Tolu, maka yang muda menghormati yang tua. Kemudian, yang tua menyayangi yang muda. Dan yang sebaya, saling menyegani,” tandasnya.