JAKARTA – Jangan kaget jika KH Ahmad Mustofa Bisri atau Gus Mus terkesan nyeleneh bagi sebagian orang. Mustasyar Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) ini akan mengucapkan bela sungkawa kepada mereka yang dapat jabatan. Ia justru mengaku heran jika ada pejabat negara yang bersyukur atas amanat yang diembannya.
“Waktu Gus Dur menjadi presiden, orang-orang mengucapkan selamat. Saya mengucapkan belasungkawa,” ujar Gus Mus saat mengisi pengajian kitab Akhlakul Muslim ‘Alaqatuhu bil Mujtama‘, Sabtu (2/5/2020) malam.
Gus Mus mengenang, kala KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur menjadi presiden, ia bersama sejumlah kiai menjadi rombongan pertama yang diundang ke istana negara.
Menurut Gus Mus, saat Gus Dur mendengar ucapan belasungkawa darinya, Gus Dur malah senang, bahkan meminta kepada Gus Mus untuk mendoakannya. “Karena itu amanat berat. Bukan hanya amanat itu dipertanggungjawabkan di dunia, tapi juga di akhirat,” ucapnya.
Lebih lanjut Gus Mus mengutip ayat Al-Qur’an yang berbicara tentang amanat.
إِنَّا عَرَضْنَا ٱلْأَمَانَةَ عَلَى ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضِ وَٱلْجِبَالِ فَأَبَيْنَ أَن يَحْمِلْنَهَا وَأَشْفَقْنَ مِنْهَا وَحَمَلَهَا ٱلْإِنسَٰنُ ۖ إِنَّهُۥ كَانَ ظَلُومًا جَهُولًا
Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh. (Surat Al-Ahzab : 72).
Menurut Gus Mus, menjalankan amanat bukan hal yang mudah. “Makanya agak aneh kalau ada pejabat atau anggota DPR syukuran itu agak aneh, karena mereka bukan mendapatkan sesuatu yang menggembirakan. Amanat itu berat sekali,” katanya.
Amanat itu menjaga hak orang, sementara hak orang tersebut harus diberikan. Menunaikan amanat, kata Gus Mus, merupakan kewajiban agama, sosial, dan kemanusiaan. Oleh karena itu, ketika seseorang dipercaya mengemban amanat, maka tidak boleh menyalahinya. Seorang pejabat atau anggota dewan misalnya, mereka harus menjaga amanat rakyatnya.
“Begitu dia (pejabat atau anggota dewan) menggunakan (amanat) sedikit saja bukan untuk rakyat, itu sudah menyalahi amanat,” ucap pengasuh pesantren Raudlatut Thalibin Leteh, Rembang, Jawa Tengah itu.
Dia mengingatkan orang mau menerima amanat, tapi tidak melaksanakan dengan sebenar-benarnya, itu bentuk daripada bentuk-bentuk kemunafikan. Munafik kan iyo, iyo, tapi ora iyo. Enggih, enggih, tapi tidak kepanggih,” ucapnya. (SI)