TUBUH mungil Haikal Harahap terlihat basah dan kedinginan ketika singgah disalah satu cafe yang berada di Jalan Kenanga, Kota Padangsidimpuan, Sumatera Utara.
Jari-jarinya nampak sudah keriput dan pucat karena menahan dinginnya cuaca di Kota Padangsidimpuan yang sejak sore sudah turun hujan. Seragam badut Haikal nampak sudah basah. Dia hanya berdiri dan memandangi setiap pengunjung yang datang.
Jarum jam sudah menunjukkan pukul 23.00 WIB. Hujan semakin deras. Penulis yang ketika itu duduk di cafe tersebut spontan memanggil anak yang baru saja menamatkan sekolah dasar (SD). Tak lama berselang, penulis langsung menyodorkan daftar menu yang tersedia.
“Terserah udak aja,”jawab Haikal ketika penulis bertanya. Dagu Haikal nampak masih gemetar karena manahan dinginnya cuaca di Padangsidimpuan.
Sembari menunggu makanan yang dipesan datang, Haikal mulai mau bercerita. Dia mengaku, sejak usianya masih hitungan hari, orang tua laki-lakinya sudah meninggal. Tak heran, sampai saat ini dia hanya dibesarkan oleh ibunya.
“Tapi, ibu saya sekarang ini sedang sakit, karena tubuhnya mengalami luka bakar,”tutur Haikal yang sudah berusia 13 tahun itu.
Sejak ibunya jatuh sakit, dia terpaksa kerja keras untuk memenuhi kebutuhan hidup, terutama seragam dan sepatu sekolah. Haikal rela menjadi badut dan mengelilingi hampir separuh Kota Salak itu.
“Rumah saya di Padangmatinggi, tidak jauh dari Batalyon 123 Rajawali,”ungkapnya. Menurut Haikal, saat ini dia sudah diterima menjadi salah satu siswa di SMP Negeri 2 Kota Padangsidimpuan.
Untuk bisa membeli seragam sekolah, dia harus mengumpul uang dari hasil menjadi seorang badut.