Menurut Ika, seharusnya ia masih rutin kontrol bekas operasi sesar. Namun tak bisa lantaran tidak ada biaya. Sekali periksa Rp 180-an ribu. Jangankan Rp 180-an ribu, ongkos ke Panyabungan saja tidak ada. Bahkan, semua pakaian dan keperluan bayi kembar juga didapat dari sumbangan warga sekitar.
Informasi yang didapat media ini menyebutkan sepekan setelah melahirkan di RS Permata Madina pakai BPJS, ia sudah keluar rumah untuk meminta-minta di sekitar Pasar Malintang. “Kadang dia dapat Rp10 ribu, paling banyak Rp20 ribu,” kata tetangga Ika.
Terakhir Ika bertemu media ini saat meminta-minta di Pasar Lama, Panyabungan, Sabtu (4-3-23), sekitar pukul 09.30. saat itu, ia menggendong dua bayi kembarnya, dan menuntun Al-Fath Aurafan Kurniawan (4).
Ika menyebutkan terpaksa meminta-minta ke Pasar Lama dalam sepekan terakhir karena tidak punya uang membeli susu anaknya karena suaminya sudah meninggal akibat tertimpa semen saat kerja bangunan.
Setiap hari Ika kerja mencuci pakaian mereka dan mengangkat air di ember sekitar 50 meter dari bak pengambilan air umum. Sementara luka bekas operasi belum sembuh total.
Melihat kondisi kehidupan Ika dan ketiga anaknya memang memprihatinkan. Si ibu dan kedua bayi kurang asupan gizi sehingga perkembangan bayi terlihat kurang normal. Apalagi, si ibu masih harus memikirkan biaya hidup mereka, untuk makan saja terkadang tidak ada.
Sayang, Ika diduga tak jujur. Meskipun kepada media ini ia tetap menyebutkan suaminya, Akhiruddin Rangkuti (40), sudah meninggal, namun informasi dari warga setempat mengatakan Akhiruddin alias Udin, masih hidup.
“Suaminya masih hidup, tapi jarang pulang. Ika dan anak-anaknya seperti ditelantarkan Udin,” kata warga.
Ratna Rangkuti, bouk sepupuh Ika dari pihak Udin mengatakan sedih melihat kondisi Ika yang ditinggal suaminya. “Dua pekan sebelum melahirkan Ika datang kesini dari Medan disuruh suaminya. Mereka bertemu, sekali lalu enggak datang lagi,” katanya.