MOJOKERTO – Tak selamanya, limbah menjadi momok bagi manusia. Di tangan kreatif Jouns Yusuf Effendi, limbah kayu mampu disulap menjadi produk bermutu.
Tentara aktif yang bertugas di Koramil 0815/08 Dawarblandong, Kabupaten Mojokerto ini, mampu membuat limbah kayu menjadi handycraft bernilai rupiah. Tak hanya itu, bermodalkan kreatifitasnya itu, pria kelahiran Mojokerto 1982 ini juga mampu memberdayakan masyarakat di sekitarnya.
Rumah Yusuf di Desa Temuireng, Kecamatan Dawarblandong, Kabupaten Mojokerto, pagi tadi tampak ramai. Sejumlah pemuda desa nampak dengan serius memperhatikan Jouns yang tengah mengolah limbah kayu. Jari jemarinya terlihat begitu terampil menjalankan gergaji mesin mini, memotong limbah kayu.
Sementara, di dalam garasi rumah ukuran 3 x 5 meter, belasan wanita paruh baya tetangga Yusuf, terlihat duduk dengan rapi. Jemari keriput mereka, terlihat begitu terampil merakit potongan-potongan kayu berukuran mini menjadi sebuah vas bunga bernilai rupiah tinggi.
“Ini ibu-ibu tetangga sekitar sini yang merakit vas. Jadi setelah dipotong-potong, dihaluskan baru dirakit. Kalau untuk pemuda-pemudanya khusus belajar membuat lukisan bakar. Ada sekitar 19 orang yang membantu saya di sini,” kata Yusuf saat ditemui di kediamannya, Minggu (19/7/2020).
Ada berbagai produk yang diproduksi di “Rumah Kayu” Yusuf ini. Diantaranya soufenir pernikahan, gantungan kunci, vas bunga, bahkan papan nama atau nomor rumah hingga mebeler. Semuanya terbuat berbahan limbah kayu bekas. Diantaranya kayu jati belinda, mahoni, pinus serta kayu jabon. Limbah kayu itu dibelinya dari pabrik-pabrik di sekitar Kecamatan Dawarblandong.
“Cara produksinya berbeda-beda. Kalau untuk lukisan kayu bakar ini, caranya setelah dipotong, kayu tersebut diampelas sampai rata, baru dilukis. Bisa disketsa dulu, bisa langsung dilukis dengan melihat contoh. Setelah itu dibakar menggunakan solder dan dilakukan finishing dengan disemprot cairan khusus,” kata dia.
Ada dua jenis lukisan bakar buatan Yusuf dan anak buahnya ini. Yakni, pembakaran menggunakan solder dan laser. Penggunaan alat yang berbeda, kata Yusuf, menghasilkan kualitas yang berbeda pula.
Menurut dia, kualitas pembakaran menggunakan solder akan memberikan hasil lebih natural ketimbang memakai laser. Hanya saja waktu yang diperlukan cukup lama.
“Kalau pakai laser lebih kaku dan hasilnya memang lebih bagus kalau pakai solder. Untuk harga vareatif, paling murah gantungan kunci itu kisaran Rp5.000. Untuk mebeler Rp5 juta ke atas. Tergangtung ukuran dan motifnya,” jelas Yusuf.
Tentara berpangkat kopda dua ini menuturkan, ikhawal dirinya menggeluti bisnis sampingan membuat lukisan bakar ini bermula dari rasa iseng. Yusuf yang sejak muda memang memiliki jiwa seni, mencoba membuat lukisan bakar untuk diberikan ke rekannya. Dari itu, kemudian timbul niat untuk memulai bisnis pembuatan lukisan bakar itu.
“Dari situ kemudian saya ada pesanan dari Kalimantan untuk dibuatkan lambang travel. Dia (pemesan) tahunya dari Facebook. Karena awalnya saya posting di Facebook saat memberikan hadiah itu,” kata Yusuf.
Selain itu, bisnis pembuatan lukisan bakar ini juga untuk menampung para pemuda sekitar. Empat tahun lalu, banyak pemuda Desa Temuireng, yang nganggur akibat minimnya lapangan pekerjaan. Dari itu, kemudian ia merekrut para pemuda tersebut untuk diajari membuat lukisan bakar.
“Dulu awalnya sama teman-teman Karang Taruna, jadi sebelum mereka mendapatkan pekerjaan, saya tampung di sini. Sekarang ada empat orang pemuda yang membatu saya. Kalau untuk ibu-ibu sekitar 15 orang,” kata Yusuf.
Kini bisnis sampingan yang digeluti Yusuf, tak hanya mampu mendulang rupiah. Lantaran produk lukisan bakar buatannya, juga sudah banyak diminati warga. Tak hanya lokal Mojokerto, pesanan dari berbagai daerah pun terus mengalir.
Dia berharap, bisnis handycraf yang digelutinya itu bisa terus berkembang dan menjadi tempat bagi para pemuda desa untuk mengais rejeki.
“Dari Surabaya, Jawa Tengah dan kota-kota lain sudah banyak. Semoga ini bisa terus berkembang, karena usaha ini bisa menjadi tempat para pemuda di sini untuk menyalurkan kreativitasnya,” pungkas Yusuf.