Jakarta – Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengumumkan bahwa pemerintah telah menetapkan target defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2024 sebesar 2,29% dari Produk Domestik Bruto (PDB) atau Rp 522,8 triliun.
Untuk mencapai target tersebut, pemerintah akan mengambil langkah-langkah seperti menjaga pembiayaan defisit di tengah ketidakpastian global, termasuk suku bunga tinggi dan tekanan nilai tukar rupiah.
Sri Mulyani juga menyatakan kesiapan untuk menggunakan cash buffer guna meminimalkan risiko pembiayaan.
Dalam upaya merealisasikan target pendapatan negara, Menteri Keuangan menetapkan target pendapatan dalam APBN 2024 sebesar Rp 2.8023 triliun.
Langkah-langkah seperti optimalisasi investasi, dukungan pada sektor perpajakan melalui ekonomi yang membaik, dan implementasi Undang-Undang Harmonisasi Peraturan Perpajakan diambil untuk mencapai target ini.
Sri Mulyani menekankan penggunaan insentif perpajakan yang terarah dan terukur, ekspansi basis perpajakan, peningkatan tingkat kepatuhan pajak, serta optimalisasi Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) dengan fokus pada tata kelola dan kelestarian lingkungan.
Sementara itu, belanja negara dalam APBN 2024 ditetapkan sebesar Rp 3.3251 triliun, mengalami pertumbuhan 8,6% dibandingkan dengan APBN 2023.
Belanja tersebut mencakup alokasi untuk perbaikan kualitas sumber daya manusia, infrastruktur prioritas transformasi ekonomi hijau, dukungan untuk reformasi birokrasi dan aparatur negara, serta dukungan untuk pelaksanaan Pemilihan Umum (Pemilu) dan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada).
Sri Mulyani optimistis terkait pertumbuhan ekonomi Indonesia, meskipun mengakui tantangan gejolak ekonomi yang terus berlangsung selama 8 kuartal terakhir.