Cerita Warga Sidimpuan Yang Bertahan Hidup Dari Tumpukan Sampah

  • Bagikan
Seorang anak sedang di dalam ayunan dengan keadaan sakit di TPA Batu Bola, Dusun Batu Bola, Desa Simirik, Kota Padangsidimpuan. (poto/lensakini)

PADANGSIDIMPUAN-Selepas sahur dan Salat Subuh, Boru Simanjuntak (47) bersama suaminya Mansyur Pohan (50) bersiap-siap untuk pergi mengambil barang bekas ke  tempat pembuangan akhir (TPA) sampah di Dusun Batu Bola, Desa Simirik, Kota Padangsidimpuan, Sumatera Utara.

Hampir setiap hari,  pasangan suami istri tersebut berjalan kaki dari rumah mereka di Desa Simatohir, Kecamatan Angkola Julu, Kota Padangsidimpuan. Keduanya harus sampai lebih awal ke lokasi TPA, agar barang bekas yang dicari semakin banyak didapat.

Sejak lima tahun yang lalu, pasutri itu sudah menjalani profesi sebagai pemungut barang bekas. Meski setiap hari harus menghirup aroma tidak sedap dari tumpukan sampah.  Namun, mereka tidak pernah mengeluh. Kebutuhan untuk bertahan hidup lebih penting daripada menghindar dari aroma busuk tumpukan ratusan ribu kubit sampah.

Panas, hujan, tidak pernah mereka hiraukan  untuk memenui kebutuhan keluarga. Langkah kaki Boru Simanjuntak terlihat cepat ketika salah satu mobil pengangkut sampah masuk ke lokasi. Bersama dengan warga lain, dia menunggu sampai tersebut diturunkan dari mobil.

Selanjutnya, perempuan anak dua itu  mulai memilih-milih sampah dan mengumpulkan ke salah satu tempat. Di dalam tenda kecil di lokasi TPA, dia bersama suami beristrahat dan memilih sampah yang akan dijual.

Ada beberapa  ketegori barang bekas yang dicari para pemulung di lokasi itu seperti, botol plastik, aluminium, tembaga, besi dan karton. Masing-masing kritea bervariasi harga jualnya.

Boru Simanjuntak, pencari barang bekas

Penderitaan mereka semakin bertambah ketika mewabahnya  Corona Virus Desaise 2019 (Covid-19). Bagaimana tidak, pendapata mereka jauh menurun daripada sebelumnya. ”Sekarang kami hanya dapat Rp800 ribu/bulan,”tutur Boru Simanjuntak kepada LENSAKINI ketika ditemui.

Sebelum Covid-19, setiap bulan mereka bisa menghasilkan uang sebanyak Rp1 juta. Mereka menjual barang tersebut ke salah satu toke di Jalan Raja Inal Siregar, atau yang akrab disebut Jalan By Pass, Kecamatan Batunadua, Kota Padangsidimpuan. Sampah itu awalnya dikumpulkan di tenda yang sudah mereka buat di lokasi.

“Setiap akhir bulan, sampah di tenda itu akan dijual ke toke,”ungkapnya. Hasil dari penjualan sampah itu akan diperuntukkan untuk menutupi kebutuhan keluarga. (zn)

 

  • Bagikan