Cerita Pasutri Miskin Terpaksa Bawa Anak Memulung Keliling Padangsidimpuan

  • Bagikan

PADANGSIDIMPUAN-Siapapun tentu berkeinginan memiliki kehidupan yang lebih baik. Demikian juga dengan pasangan suami istri (pasutri) Muhammad Roy (38) dan Roisah (40).

Sejak Roy berhenti bekerja di bengkel dan istrinya Roisah juga tidak mencuci pakaian lagi di salah satu rumah tetangga mereka, pasutri ini harus banting stir, menjadi pemulung botol bekas di Kota Padangsidimpuan, Sumatera Utara (Sumut).

Advertisement

Bermodal karung dan becak dayung di cuaca terik Senin (8/6/2020) siang kemarin, pasutri yang hidup miskin ini terpaksa membawa serta dua anaknya yang masih kecil, Nurhaminah (4) dan Ali Napia (2) mengelilingi Kota Salak, mencari dan mengumpulkan botol-botol plastik bekas air mineral, botol plastik dan kaleng-kaleng dari tempat sampah di depan ruko, toko dan kantor-kantor.

Hasil memulung tersebut akan mereka jual ke toke barang bekas di daerah Sigiring-Giring, Kecamatan Padangsidimpuan Utara.

Penghasilan dari memungut botol bekas itu sekitar Rp20 ribu perharinya. Terkadang juga hanya Rp15 ribu. Itulah yang mereka gunakan untuk kebutuhan sehari-harinya.

Roy bersama istri dan anaknya tinggal di rumah orangtuanya di Lingkungan IV Janji Bangun, Kelurahan Timbangan, Kecamatan Padangsidimpuan Utara, Kota Padangsidimpuan, sekitar 1,9 KM dari Kantor Walikota Padangsidimpuan.

Roy memang harus bertanggungjawab menafkahi istri dan kedua buah hatinya.  Ia mulai memulung setelah berhenti dari bengkel tempat ia bekerja, setahun lalu.

Kisah yang sama juga dialami Rosiah. Sebelum ikut memulung bersama suami, ia juga sempat bekerja sebagai tukang cuci pakaian di salah satu rumah tetangganya.

“Sekarang rumah tangga tempat saya bekerja dulu sudah tidak membutuhkan tukang cuci. Daripada saya berdiam diri dirumah, lebih baik saya ikut suami untuk membantunya,” ucap Rosiah.

Jika dibandingkan dengan kebutuhan keluarga, sebut Rosiah, sangatlah tidak cukup. Apalagi anak-anaknya masih kecil.”Tapi mau bagaimana lagi, beginilah keadaan kami,” pungkasnya.

Meski hidup serba terbatas, hingga saat ini mereka belum pernah menikmati bantuan dari pemerintah.

“Semoga Allah memberikan kesehatan dan rezeki bagi kami, supaya saya dan suami tetap bisa bekerja untuk membesarkan dan menyekolahkan kedua anak kami,” doa Rosiah.

Kondisi sulitnya mencari kerja dan perekonomian yang serba terbatas, tidak pernah menyurutkan semangat Roy untuk terus berjuang menghidupi keluarganya.

Roy bertekad kedua anaknya harus menjadi anak yang mampu mengubah kondisi keluarganya kelak dikemudian hari.”Allah akan memberikan rezeki yang baik untuk anak saya,” tuturnya penuh optimis. (bs)

Advertisement

  • Bagikan