Cerita Nurbaya Lubis, Lansia Pengumpul Barang Bekas di Sidimpuan: Hanya Dapat Rp10 Ribu Untuk Penuhi Kebutuhan Hidup

  • Bagikan

PADANGSIDIMPUAN- Diusia 80 tahun, layaknya hanya untuk menikmati hidup sembari menggendong cucu dan berkumpul dengan keluarga yang lain.

Namun, lain halnya dengan Nurbaya Lubis,  warga Jalan Jenderal Sudirman, Gang PMD, Kelurahan Timbangan, Kecamatan Padangsidimpuan Utara, Kota Padangsidimpuan. Bagaimana tidak, dia masih harus kerja keras untuk menyambung hidup.

Advertisement

Langkah kaki Nurbaya terlihat pelan, tangannya sedikit gemetar, saat mengangkat barang bekas yang sudah dikumpulnya di dalam karung. Tak jarang, perempuan anak enam itu melihat ke samping kiri dan kanannya untuk mencari barang bekas. Kadang, dia harus meletakkan barang tersebut untuk menghilangkan rasa letihnya.

Kegiatan mencari barang bekas seperti kardus dan botol plastik dilakukannya setiap sore hari sekira pukul 15.00 WIB. Hasil tersebut kemudian dijualnya kepada pengepul barang bekas. “Kalau saya jual, biasanya dapat 4 ribu sampai 10 ribu rupiah per hari,” ucapnya memulai percakapan.

Dalam mengumpulkan pundi-pundi rupiah tersebut, dirinya tidaklah mudah. Sebab, demi mendapatkan uang senilai Rp2 ribu, Nurbaya  harus bisa mengumpulkan barang bekas tersebut sebanyak 1 karung penuh.

“Kalau karung saya penuh, saya langsung antar ke tempat penjualan barang bekas di Jalan Sudirman. Lalu saya di beri upah 2 ribu per karung nya. Paling banyak saya dapat 5 karung 1 hari,” terangnya.

Kegiatan tersebut dilakukannya demi meringankan beban anak-anaknya. Pasalnya, kehidupan 3 anaknya yang berada di Kota Padangsidimpuan jauh dari kata layak.“Enggak tega melihat orang itu. Untuk mereka aja tidak cukup,” ungkapnya

Nurbaya bercerita, dari 6 orang anaknya, 3 diantaranya berada di Padangsidimpuan. Dimana, 2 diantaranya telah berkeluarga. Sedangkan seorang lagi tinggal bersama dirinya.“Yang tinggal sama saya, ada sakitnya. Sedangkan 3 lainnya di luar kota,” bebernya.

Seorang pekerja pengepul barang bekas, Wahyu Syaputra membenarkan kegiatan Nurbaya tersebut. Bahkan dirinya mengaku,  Nurbaya menjual hasil mulungnya kepada dirinya.

“Rutinitas nenek tua adalah pemulung dan di jual disini. Nenek tua itu mendapatkan hasil paling banyak 10ribu per hari,” akunya.

Nurbaya adalah satu dari sekian banyak contoh orang  yang di masa tuanya menghabiskan waktunya memulung barang bekas untuk bertahan hidup ditengah kota. Apakah kita harus diam melihat fenomena seperti ini?

(UA)

 

Advertisement

  • Bagikan