PADANGSIDIMPUAN-Sore itu, Masitoh (43) mengerjakan tugasnya sebagai tukang sapu Jalanan di Kota Padangsidimpuan, Sumatera Utara.
Namun, ada pemandangan yang berbeda saat itu. Bagaimana tidak, dia harus membersihkan sampah diantara seribuan massa massa yang berkumpul di halaman kantor DPRD Padangsidimpuan, Jalan Sudirman, Kecamatan Padangsidimpuan Utara.
Rasa khawatir menghampirinya, namun, tugas yang diembannya harus diselesaikan. Kekhawatiran itu semakin muncul ketika aksi unjuk rasa seribuan mahasiswa itu mulai ricuh. Spontan, perempuan anak empat itu langsung melihat batu dan botol air mineral dilemparkan ke kantor DPRD.
Saat itu, dia hanya bisa berdoa, agar Allah SWT menjaganya dari lemparan batu tersebut. Ayunan tangannya untuk menyapu membersihkan badan jalan yang dipenuhi botol air mineral dan batu tidak terhenti.
Tak jarang terlihat, dia terpaksa harus terhenti dan menghindari dari kerumunan massa dan aksi kejar-kejaran dari pihak kepolisian. Masitoh ternyata harus berjuang untuk menghidupi keluarga, karena suaminya sudah lebih dari dua tahun meninggal dunia.
“Mereka yang enak, saya tetap harus bersihkan jalanan ini,” ujarnya kepada Lensakini. Terlahir sebagai seorang perempuan, membuat Masitoh lebih memiliki rasa tanggung jawab kepada pekerjaan yang dimilikinya, meski memiliki gaji yang minim. (zn)