LENSAKINI – Demo penolakan omnibus law yang terjadi di beberapa daerah baru-baru ini memunculkan tanda tanya besar terkait keberadaan partai politik yang sempat ‘bersinar’ saat pengesahan UU Cipta Kerja di Gedung DPR RI.
“Terkait sejumlah aktivis yang ditangkap pasca demo omnibus law. Pertanyaannya adalah, ke mana PKS dan Demokrat?” kata pengamat politik Universitas Jayabaya, Igor Dirgantara, dilansir dari Kantor Berita Politik RMOL, Senin (19/10).
Begitu juga dengan keberadaan Gatot Nurmantyo dan Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia (KAMI). Menurutnya, saat awal kegaduhan omnibus law, Gatot dan KAMI sudah digadang-gadang sebagai simbol perlawanan kritis terhadap kebijakan pemerintah saat ini.
“Di awal lantang memberi applause kepada para demonstran, tetapi belakangan tidak muncul pernyataaan atau pembelaan kepada para aktivis dan mahasiswa yang sudah turun ke jalan, bahkan berbalik badan,” kritiknya.
Pun demikian saat sejumlah petinggi KAMI ditangkap aparat, seperti Syahganda Nainggolan, Jumhur Hidayat, dan Anton Permana. Gatot Nurmantyo, kata Igor, justru muncul dan menjadi sorotan berkenaan dengan pernyataan yang memuji omnibus law.
“Kenapa GN dan KAMI jadi kurang greget? Atau memang pengaruhnya kurang signifikan di mata aktivis mahasiswa dan buruh?” imbuhnya. “Justru yang terlihat aktif menjembatani pemerintah dengan aktivis demonstran Gerindra yang berada di dalam koalisi pemerintahan.
Contohnya Habiburokhman yang bersedia menjadi jaminan pembebasan jurnalis dan aktivis mahasiswa yang ditangkap aparat kepolisian pasca demo,” tandasnya. (RMol.ID)