Siapa yang tidak kenal Prof. Dr. Ir. Hermanto Siregar, DipAgEc, MEc, seorang ahli ekonometrik, guru besar IPB University, sekaligus Rektor Perbanas Institute. Sebelum menjadi Rektor, pria kelahiran 5 Agustus 1963 ini pernah menduduki berbagai jabatan strategis seperti anggota Komite Ekonomi Nasional (KEN), Komisaris Permodalan Nasional Madani (PNM), Komisaris BRI Syariah dan Ketua Umum Perhimpunan Ekonomi Pertanian Indonesia (Perhepi).
Di tengah kesibukannya, tim LENSAKINI patut bangga karena berhasil menemui beliau dan melakukan wawancara eksklusif terkait peluang di tengah ancaman resesi dan pandemi Covid-19.
Sifat beliau sangat ramah, sehingga wawancara mengalir dengan santai namun tetap fokus. Beliau banyak bercerita dan memberi saran pada petinggi negara, baik di pusat maupun daerah terkait pengendalian ekonomi
Karena topik pembicara bersama beliau mencakup nasional dan daerah, maka petikan wawancara kami tayangkan dua seri agar lebih mudah dipahami.
Berikut kutipan wawancara seri pertama dengan Prof. Dr. Ir Hermanto Siregar.
LENSAKINI : Pandemi ini telah merubah paradigma ekonomi, sosial dan kehidupan kita semua. Apa hal positif yang dapat kita peroleh dari pandemi ini?
Prof HS : Pandemi COVID-19 adalah masalah global yang tidak saja mendera aspek kesehatan, namun seluruh kehidupan, termasuk sosial-ekonomi. Negara-negara yang fundamental sosial-ekonominya kurang kuat dengan cepat mengalami kontraksi ekonomi yang dalam, bahkan resesi yang cukup panjang. Dengan terkuaknya berbagai kelemahan yang dimiliki, maka negara dapat menyusun strategi untuk mengatasi kelemahan-kelemahan tersebut sekaligus melakukan transformasi perekonomian agar berkembang secara lebih kokoh dan berkelanjutan.
LENSAKINI : Pertumbuhan ekonomi Indonesia negatif di kuartal 2 ini, dan kita diambang resesi ekonomi, apa dampaknya bagi kita semuanya?
Prof HS : Apabila suatu negara mengalami resesi, tanpa kebijakan pemerintah yang memadai, dampaknya ialah banyak perusahaan serta usaha mikro dan kecil (UMK) yang gulung tikar. Akibatnya, pengangguran meningkat dan kemiskinan juga meningkat. Pada gilirannya, pemerintah mengalami penurunan penerimaan pajak sehingga pendapatan pemerintah menurun.
Hal ini pada gilirannya menurunkan kemampuan pemerintah untuk membangkitkan kembali perekonomian, sehingga pemulihan ekonomi tidak dapat dilakukan secara cepat. Pemerintah akan meningkatkan utang, namun karena banyak negara juga mengalami hal yang sama, maka lembaga keuangan internasional yang biasa memberikan utang kemungkinan tidak dapat memenuhi permohonan utang sejumlah yang diharapkan.
LENSAKINI : Apa saja program pemerintah yang cepat untuk membalikkan situasi ini mengingat kita juga sedang menghadapi pandemi COVID- 19?
Prof HS : Sulit sekali untuk bisa cepat membalikkan situasi tersebut apabila COVID-19 sendiri belum bisa dikendalikan secara efektif. Jadi, bobot perhatian dan anggaran yang relatif lebih besar seharusnya dituangkan oleh pemerintah untuk mengendalikan virus corona.
Setelah corona terkendali, bobot tersebut langsung di-switch agar lebih besar untuk perekonomian. Bila Covid-19 belum terkendali dengan baik, artinya perekonomian kita masih menakutkan atau penuh dengan uncertainty, sehingga sulit bagi bisnis maupun masyarakat untuk meningkatkan aktivitas sosial-ekonomi.
Ibaratnya, kita menuangkan air ke dalam drum yang berlobang, sehingga air yang dikucurkan ke dalamnya tidak pernah bisa memenuhi drum tersebut. Selain fokus mengendalikan Covid-19, pemerintah hendaknya cepat merealisasi belanjanya terutama memberikan bantuan tunai kepada penganggur atau rumah tangga miskin. Di samping itu, Usaha Mikro dan Kecil (UMK) juga petani yang terdampak juga harus diberi bantuan, sehingga bisa menjalankan kembali usahanya.
LENSAKINI : Tentu peluang dalam setiap situasi yang gawat sekali pun pasti ada, apa saja?
Prof HS : Peluang terdapat pada bisnis pangan, baik dalam bentuk komoditas segar yang dihasilkan petani, peternak, dan nelayan maupun dalam bentuk olahan yang dihasilkan UMK dan perusahaan. Selain itu, peluang bisnis juga cukup besar untuk vitamin, suplemen, serta herbal. Demikian pula dengan jasa kurir dan jasa transportasi hasil pertanian dan olahannya.
Demikian petikan pertama wawancara dengan Prof. Dr. Hermanto Siregar. Beliau sangat memahami apa yang terjadi sekarang ini. Jawabannya sederhana namun tepat pada persoalan yang terjadi. Beliau berpesan agar negara segera mengambil langkah tepat untuk menghindari terjadinya resesi. Terutama agar jeli dalam pengelolaan anggaran. Memberi dukungan pada bisnis yang berpeluang menopang ekonomi masyarakat seperti bisnis pangan, jasa kurir dan jasa transportasi.