MEDAN- Mahasiswa yang tergabung dalam Ikatan Mahasiswa Papua (IMP) menggelar unjuk rasa di Universitas Sumatera Utara, Medan.
Aksi tersebut bertujuan untuk itu menuntut pelaku yakni Guru Besar Fakultas Pertanian USU, Profesor Yusuf Leonard Henuk segera diproses pihak kampus. Tak tanggung-tanggung mereka meminta USU untuk memecat dosen tersebut.
“Kami mahasiswa mengecam rasisme. Ini adalah USU bersama sehingga kasus ini tidak boleh dipelihara. Kami menuntut keras agar rasisme dihentikan,” kata koordinator aksi mahasiswa Papua, Yance Emany. Yance mengecam betul ucapan rasisme Guru Besar USU tersebut kepada Natalius Pigai. Dalam cuitannya di akun Twitter, dia menyandingkan salah satu warga Papua Natalius Pigai dengan monyet.
“Rasisme itu dilakukan oleh Profesor Yusuf L Henuk, yang dilontarkan melalui cuitan twitter dengan mengatakan orang Papua itu bodoh dan kayak monyet,” ujarnya.
“Hentikan intimidasi terhadap orang Papua, Kami manusia bukan monyet,” tulisan poster tersebut. Tiga poin yang menjadi tuntutan IMP kemudian segera mereka serahkan kepada Rektor USU Muryanto Amin yang menerima langsung massa aksi di gedung Biro Rektor USU. Kepada massa aksi, Muryanto berjanji akan memanggil Yusuf Leonard untuk dimintai keterangan.
Dia mengatakan akan mengambil langkah sesuai dengan kewenangannya sebagai rektor. “Ini berkaitan dengan etik, dari tiga poin ini kami akan bicara dulu dengan Prof Yusuf. Ini untuk mengumpulkan data, sesuai dengan apa yang dia sampaikan melalui media sosial,” kata Muryanto.
Mantan Dekan Fisip itu mengatakan, apa yang akan dilakukannya untuk menanggapi tuntutan mahasiswa sesuai dengan kode etik universitas. Sehingga, kewenangannya dalam menanggapi dugaan rasisme oleh oknum dosen di kampus yang dipimpinnya itu tidak menyentuh pada ranah hukum.
“USU akan memberikan porsi sesuai dengan kewenangannya. Kami akan lihat bagian apa yang menjadi kewenangannya USU. Tidak boleh sembarangan, USU itu punya aturan yang tidak boleh melampaui kewenangan yang dimiliki,” ujarnya. (inews/zn)