TUBAN – Desa Sumurgeneng, Kecamatan Jenu, Kabupaten Tuban, Jawa Timur, mendadak viral. Pasalnya, warga satu desa tersebut tiba-tiba memborong mobil baru seharga ratusan juta rupiah. Padahal, sebelumnya, warga hanya bekerja sebagai petani.
Banyaknya warga desa yang kaya mendadak ini tak lepas dari hadirnya industri kilang minyak yang akan berdiri di desa tersebut. Mereka mendadak kaya setelah menerima pembayaran ganti rugi lahan proyek Pertamina tersebut. Rata-rata mereka menerima Rp4 miliar. Paling tinggi Rp26 miliar.
Kini, warga bergelimang harta miliaran rupiah. Selain untuk memborong mobil, uang hasil ganti rugi tersebut dipergunakan renovasi rumah maupun untuk membeli lahan baru lagi.
Sekarang, jika ada mobil baru datang dari dealer sudah menjadi pemandangan biasa. Bahkan, pemandangan itu terlihat sehari-hari di jalan masuk desa tersebut. Mobil baru dikirim dari dealer di Tuban maupun Kota Surabaya.
Kampung miliarder ini bukan tanpa alasan. Pembebasan lahan untuk proyek pembangunan kilang minyak New Grass Root Refinery and Petrochemical (NGRR) itu digunakan untuk membeli mobil baru seharga ratusan juta, serta membeli tanah maupun investasi lain.
Sedikitnya, 225 warga yang awalnya petani, kini menjadi orang kaya baru setelah menerima pembayaran ganti rugi. Warga menerima lahan miliknya dibebaskan untuk kepentingan proyek nasional.
Kepada Desa Sumurgeneng, Giatno mengakui, uang ganti rugi tersebut oleh warga dipergunakan untuk banyak hal. Selain membeli mobil baru seharga ratusan juta, juga untuk merenovasi rumah dan mencari lahan baru. “Uang ganti rugi untuk rehab rumah, beli mobil dan investasi,” kata Gianto, dikutip dari SINDONEWS.com.
Salah satu warga yang awalnya menolak berdirinya kilang minyak, kini mendadak jadi miliarder. Dia mengaku uang yang didapat dari ganti rugi pembebasan lahan dipergunakan untuk membeli mobil baru dan membeli tanah serta investasi lainnya.
“Selain itu, uang hasil ganti rugi juga dipergunakan untuk usaha, agar dapat digunakan hasilnya di kemudian hari,” ujar salah satu warga, Wantono yang mendapat ganti rugi sebesar Rp24 miliar.
Dia juga berharap setelah kilang berdiri, warga tidak ketinggalan dan dapat kesempatan bekerja di sana.
Menurut Wartono, mayoritas lahan yang dibebaskan merupakan ladang. Apresial mematok harga cukup tinggi, yaitu Rp600 ribu sampai Rp800 ribu per meter, bergantung lokasinya. “Dengan demikian, warga bisa menerima uang pembebasan hingga miliaran rupiah,” imbuhnya.(SI/zn)