Husein Mutahar memisahkan bagian kain yang berwarna merah dan menyembunyikannya di pinggang. Sementara, bagian putih bendera disimpan di dalam koper dan dibawa keluar dari istana.
Setelah kemerdekaan Republik Indonesia diakui oleh Belanda melalui Konferensi Meja Bundar dan Bung Karno kembali ke Istana Yogyakarta, Bendera Pusaka dikembalikan ke istana dan dijahit persis sebagaimana jahitan yang semula oleh Ibu Fatmawati.
Kejadian ini diceritakan sendiri oleh Husein Mutahar kepada penulis, juniornya di Departemen Luar Negeri, di paviliun rumah dinas Menteri Luar Negeri yang lama di Jalan Merdeka Barat, seperti dikutip dari buku Hamid Algadri: Tokoh Pahlawan Perintis Kemerdekaan dan Tokoh-tokoh Lain Penerusnya oleh Hamid Al Hadad.
Karya-karya Husein Mutahar
Pada 1945, Husein Mutahar bekerja sebagai sekretaris panglima Angkatan Laut di Yogyakarta, dengan pangkat mayor, lalu sebagai sekretaris negara di Yogyakarta.
Setelah itu, sejumlah jabatan di kementerian dia emban, antara lain sebagai sebagai pejabat sekretaris jenderal Departemen Luar Negeri. Pada 1974 dia pensiun. Puncak jabatan yang dia emban adalah sebagai Duta Besar Indonesia untuk Vatikan.
Husein Mutahar lebih dikenal masyarakat sebagai komponis lagu. Beberapa karyanya adalah:
Himne Syukur: Januari 1945
Hari Merdeka/17 Agustus: 1946
Dirgahayu Indonesiaku: lagu resmi sejak HUT ke-50 RI
Sementara, karya-karyanya dalam kepanduan adalah:
Gembira
Tepuk Tangan Silang-silang
Mari Tepuk
S’lamatlah
Jangan Putus Asa
Tiba Saat Berpisah
Himne Pramuka
Gagas Paskibraka
Husein Mutahar adalah penggagas Pasukan Pengibar Bendera Pusaka (Paskibraka) di Istana Negara setiap 17 Agustus.
Pada 1967, Husein Mutahar yang saat itu menjabat sebagai Direktur Jenderal urusan Pemuda dan Pramuka pada Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, dipanggil oleh Presiden Soeharto. Dia ditugaskan untuk menyusun tata cara pengibaran Bendera Pusaka sesuai dengan perkembangan kondisi.
Mutahar mengembangkan tata cara pengibaran Bendera Pusaka menjadi satu pasukan yang terdiri dari tiga kelompok, yakni kelompok 17 sebagai pengiring atau pemandu; kelompok 8 sebagai kelompok inti pembawa bendera; dan kelompok 45 sebagai pengawal. Ketiga kelompok itu adalah simbol tanggal proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia.
Uji coba sukses pada 1967, lalu dimantapkan lagi pada 1968, seperti disebutkan dalam buku Menyelisih Museum Istana Kepresidenan Jakarta oleh Dr Kukuh Pamuji, MPd, MHum.
Pada 1973, Idik Sulaeman yang terlibat sebagai pembina pasukan pengibar bendera sejak 1967 mengusulkan nama baru.
Sebelumnya pasukan pengibar bendera tersebut dinamakan Pasukan Pengerek Bendera Pusaka. Idik mengusulkan nama Pasukan Pengibar Bendera Pusaka yang kemudian disingkat Paskibraka.
Koreografi yang diciptakan Husein Mutahar untuk upacara pengibaran Bendera Pusaka sekarang sudah dibakukan.
Itulah sekelumit kisah lain pencipta lagu 17 Agustus, Husein Mutahar.