Akhirnya, ia meninggalkan kebencian terhadap Islam. Mulai saat itu, pria tersebut justru sering memperhatikan rupa-rupa ibadah khas Muslim. Kumandang adzan tidak lagi dicegahnya dengan menyumpal telinga.
Bahkan, suara muazin terdengar sangat mengharukan baginya. Rasa haru itu semakin menguat sesudah dirinya mengetahui arti dan makna setiap kalimat adzan
Andre yang dahulu membenci kumandang adzan, kini selalu merasa haru dan rindu panggilan shalat. Ia kemudian membulatkan tekad. Dengan penuh komitmen, ia mendatangi kantor urusan agama (KUA) Cilincing, Jakarta Utara. Di hadapan imam setempat, dirinya bersyahadat untuk pertama kalinya.
Namun, kenangnya, iman dalam dirinya masih lemah saat itu. Andre belum berani untuk memberitahukan keislamannya kepada anak dan istri serta kerabat terdekat. Maka ia menjalani rutinitas seolah-olah tanpa ada perubahan. Ibadah tiap akhir pekan tetap dilakukannya.