Abu Umamah Al-Bahili radhiyallahu’anhu (RA) bernama lengkap asli Shudai bin Ajlan, dari suku Bahilah. Beliau adalah salah satu sahabat Nabi yang memiliki kisah menakjubkan ketika berdakwah di kampungnya. Sahabat Nabi yang biasa menyemir jenggotnya dengan warna kuning ini lahir sekitar 20-an tahun sebelum Hijrah.
Beliau termasuk sahabat yang banyak memiliki riwayat dari Nabi Shalallahu’alaihi wa sallah dan wafat pada tahun 86 Hijriyah. Berikut kisah karomah Abu Umamah Al-Bahili ketika berdakwah sebagaimana diceritakan dalam buku “Kisah Karomah Wali Allah” karangan Syeikh Yusuf bin Ismail an-Nabhani.
Abu Umamah bercerita: “Rasullah SAW mengutusku untuk menyeru kaumku masuk Islam. Aku menemui mereka dengan perut lapar, sementara mereka sedang makan darah. Lalu mereka berseru kepadaku, “Kemarilah!” Aku menjawab, “Aku datang untuk melarang kalian memakannya.”
Kaumku menertawakan, mendustakan dan mengusirku, sementara aku merasa lapar, haus, dan sangat letih. Kemudian aku tertidur. Aku bermimpi didatangi seseorang yang memberiku sebuah wadah susu. Aku mengambilnya, meminumnya, merasa sangat kenyang dan segar kembali, hingga perutku buncit.
Sebagian kaumku berkata kepada sebagian yang lain, “Seorang pemimpin mendatangi kalian, tetapi kalian tolak. Temuilah ia, berilah makan dan minum yang ia sukai!” Kemudian mereka datang membawakan makanan dan minuman. Aku menjawab, “Aku tidak membutuhkannya.” Mereka berkata, “Kami melihatmu sangat membutuhkannya.”
Jawabku, Allah telah memberiku makan dan minum. Lalu kuperlihatkan perutku, dan akhirnya mereka masuk Islam. (Riwayat Al-Baihaqi dan Ibnu ‘Asakir dari Abu Ghalib).
Dalam artikel “KisahMuslim” juga diceritakan bahwa Imam Ath-Thabrani meriwayatkan misi dakwah Abu Umamah di kampung halamannya, suku Bahilah. Ia menuturkan, ketika Abu Umamah diutus kepada kaumnya suku Bahilah. Sesampai di sana Abu Umamah dalam keadaan lapar. Saat itu, kaumnya sedang menyantap makanan. Namun mereka menyantap makanan yang terbuat dari darah. Mereka menyambut kedatangan Abu Umamah.
“Selamat datang wahai Shudai bin Ajlan. Kami dengar engkau telah keluar dari agama nenek moyang untuk mengikuti laki-laki itu (Muhammad shalallahu ‘alaihi wa sallam).”
“Bukan seperti itu. Aku hanya beriman kepada Allah dan Rasul-Nya. Ia pula mengutusku untuk menawarkan Islam dan syariat kepada kalian,” jawab Abu Umamah.
Ketika itu kaumnya mengajak Abu Umamah untuk bersantap bersama menikmati hidangan dari darah. “Kemarilah, makan (bersama kami).”
“Celaka kalian. Aku datang untuk melarang kalian dari ini (makan darah). Aku adalah utusan dari Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam agar kalian mau mengimani beliau,” ucap Abu Umamah.
Abu Umamah menjelaskan misi dakwahnya dan mengajak kaumnya memeluk Islam. Kala itu Abu Umamah meminta minuman. “Bisakah saya minta sedikit air, aku haus sekali,” kata Abu Umamah meminta.
Akan tetapi mereka menolaknya dan mengatakan, “Tidak, kami akan membiarkan engkau mati kehausan!” sergah mereka. Begitulah kaumnya mendustakan dan membentak Abu Umamah.
Dalam keadaan lapar dan haus yang menjerat, Abu Umamah beranjak dari sisi mereka. Ia bersedih hati. Kain imamah ia tutupkan ke kepalanya. Kemudian tertidur meskipun dalam keadaan cuaca yang sangat panas ketika itu. Dalam tidurnya, Abu Umamah bermimpi disuguhi minuman dari susu, tidak pernah ada susu yang lebih lezat darinya. Ia meminumnya sampai kenyang sehingga perutnya tampak penuh.
Setelah perlakuan kasar yang ditujukan kepada Abu Umamah, orang-orang di sukunya berkata “Seorang lelaki dari tokoh dan pembesar suku datang, tapi kalian mencampakkannya. Cari dan berilah ia makan dan minum yang ia inginkan.
Kemudian mereka mendatangi Abu Umamah dengan membawa makanan. Beliau menyambut kedatangan kaumnya sambil mengatakan, “Aku sudah tidak butuh lagi makanan dan minuman dari kalian. Allah ‘Azza wa Jalla telah memberi makan dan minuman kepadaku. Lihatlah kondisiku sekarang.”
Dalam riwayat lain dari Ibnu ‘Asakir disebutkan bahwa Abu Umamah berkata, “Aku mengajak kaumku untuk masuk Islam, tetapi mereka menolak. Aku lalu berkata, “Berilah aku minum, karena aku sangat haus.” Mereka menjawab, “Tidak akan kami beri, kami akan membiarkanmu mati kchausan.”
Hari itu terasa sangat panas, kututup kepalaku dengan mantel, lalu tertidur dalam teriknya matahari. Kemudian aku bermimpi didatangi seseorang dengan membawa gelas kaca yang indah yang belum pernah terlihat oleh seorang pun. Di dalamnya ada minuman yang teramat lezat yang belum pernah dirasakan oleh seorang pun, aku meminumnya. Ketika minumanku habis, aku bangun. Demi Allah, aku tidak merasa haus dan lapar lagi, setelah meminumnya.”
Demikian kisah karamah Abu Umamah Al-Bahili ketika berdakwah. Allah Ta’ala memuliakannya berkat dakwah dan kesabarannya menolak kebathilan. Adapun hidangan yang didapatnya ketika mimpi merupakan salah satu karamahnya yang luar biasa. Semoga Allah Ta’ala meridhainya dan kita mendapatkan berkah atas perjuangannya menebar risalah Islam.
Tulisan ini dikutip dari Kalam SINDONEWS.com