Studi Bongkar Sisi Gelap ChatGPT: Bantu Nulis, Tapi Bunuh Kemandirian Berpikir

  • Bagikan

“Berikan esainya. Perbaiki kalimat ini. Edit itu. Selesai.”

Begitulah gaya pikir baru yang diam-diam terbentuk. Serba instan. Tanpa refleksi. Tanpa eksplorasi.

Bukan berarti teknologi buruk. Tapi saat alat bantu justru menggantikan proses berpikir, kita sedang menggali lubang kognitif yang dalam atau cognitive debt, istilah yang digunakan dalam studi ini.

Utang yang pelan-pelan menumpuk, dan suatu saat harus dibayar mahal dalam bentuk hilangnya daya nalar dan kreativitas.

Jadi, apakah ChatGPT harus disalahkan?

Tidak, yang perlu dikritisi adalah cara kita menggunakannya. Alih-alih menggantikan, teknologi seharusnya memperkuat proses belajar, bukan menjadi ‘jalan pintas’ berpikir.

Karena di dunia yang makin canggih, justru kemampuan berpikir kritis, orisinal, dan reflektif adalah aset yang tak tergantikan.

  • Bagikan