LENSAKINI – Di balik lembaran naskah proposal yang dipenuhi istilah akademik dibarengi dengan data kompleks, terdapat sepasang mata yang jeli dan seorang perempuan yang teguh dalam dedikasi.

Ia adalah Dr. Juni Wati Sri Rizki, S.Sos., M.A., seorang dosen, penulis, aktivis perempuan, dan kini, reviewer nasional.
Kiprahnya mengajarkan bahwa keilmuan bukan sekadar akumulasi gelar, melainkan perjalanan jiwa yang penuh ketekunan.

Lahir di Padangsidimpuan, 15 Juni 1978, sosok yang akrab disapa Bunda Rizki ini tumbuh dalam lingkungan sederhana yang sarat nilai religius dan keuletan.

Sejak kecil, ia terbiasa mengasah ketajaman pikir di antara lembaran buku hingga menjadikan ilmu sebagai jalan utama untuk mengabdi.
Namun siapa sangka, jalan menuju panggung akademik nasional bukanlah jalan lurus tanpa batu.
Bunda Rizki memulai kariernya sebagai relawan peneliti di Medan. Dulunya, ditengah kesibukan sebagai staf yayasan, ia menyempatkan diri menyelesaikan kuliah S1 Ilmu Komunikasi di Universitas Sumatera Utara.
Tak berhenti disana, ia melanjutkan S2 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan S3 di Universitas Padjadjaran, Bandung. Dua institusi yang menjadi saksi kegigihan seorang perempuan asal Tapanuli dalam menuntaskan janji terhadap ilmu.
Sembari menjalani peran sebagai dosen sejak tahun 2003, ia terus menulis, meneliti, dan mengajar dengan semangat yang tak pernah padam.
“Mengajar bukan sekadar mentransfer ilmu, tapi menciptakan ruang untuk berpikir dan bertumbuh,” ujarnya.
Kini, sebagai dosen tetap di UIN Syekh Ali Hasan Ahmad Addary Padangsidimpuan, ia memegang jabatan Lektor Kepala, tetapi itu bukan puncak baginya.