Cerita Panusunan Pasaribu Dan Keluarga Besar Pendiri Ponpes Mangaraja Panusunan Achir Hasibuan di Tapsel

  • Bagikan

Pagi itu, Panusunan Pasaribu mendatangi Pesantren Mangaraja Panusunan Achir Hasibuan (MPAH) di Desa Pargarutan Jae, Kecamatan Angkola Timur, Kabupaten Tapanuli Selatan (Tapsel) guna menghadiri acara Maulid Nabi Muhammad SAW 1442 Hijriyah/Tahun 2020.

Memakai kameja putih, peci hitam, mantan Bupati Tapanuli Tengah (Tapteng) tiba di lokasi pesantren. Tak heran, kedatangannya langsung disambut oleh Pembina Yayasan MPAH, Hendra Mulia Hasibuan. Setelah berjabat tangan dengan memakai protokol kesehatan, keduanya mulai saling mengingat sejarah.

Ternyata, rasa penasaran dan ingin bertemu antara keduanya sudah ada sejak lama. Hendra Mulia Hasibuan ingin berjumpa sosok Panusunan. Sebab, selama ini dia belum pernah bertemu dengan Panusunan Pasaribu secara langsung. Dia hanya mendengar cerita tentang Panusunan dari kerabat atau keluarga besarnya.Tak heran, Hendra harus pulang kampung dari Palembang, Sumatera Selatan, guna bertemu dengan Mantan Wali Amanat USU itu.

Bertemu Hendra, Panusunan langsung teringat masa kecil. Dikisahkannya, Mangaraja Akhir Hasibuan (1950 – 1970) disebut orang kaya kala itu di Sidimpuan. Tak heran, mereka memiliki banyak Sado, dan tempat kandang kudanya persis di belakang rumah, yang sekarang lebih dikenal Kampung Kudo. Selain itu, di belakang rumah mereka juga ada mesin gilingan padi.

“Tahun 1957 – 1965 ( SMP dan SMA), saya akrab dengan anak-anak alm M Akhir Hasibuan, terutama, Irwan Akhir, alm Nauli Akhir Hasibuan, Hasbullah Akhir Hasibuan satu kelas mulai dari SMP hingga SMA,”kenang Panusunan.

“Kejadian yang tetap teringat ketika saya dengan Hasbullah mengambil tarutung (durian) disekitar Samora, arah ke Sidogap dogap. Sempat mau diusir masyarakat, tapi berhenti setelah tau anak M Akhir Hasibuan,”imbuh Panusunan.

Panusunan mengaku, pertemuan pertamanya dengan Hendra Mulia Akhir Hasibuan, langsung nyambung, karena ternyata cucu dari M Akhir Hasibuan. Dia juga mengapresiasi ide dan kegiatan beliau membangun Ponpes modern( nir laba) dengan menabalkan nama ayah dan kakeknya. Dia berharap agar kedepannya pemerintah dapat mendorong dan membantu pendidikan di pesantren tersebut.

“Sangat saya hargai, semoga sukses dan berkembang dan jadi PONPES Modern yang jadi percontohan bagi Ponpes lainnya di Tapsel,”ungkapnya. (zn)

  • Bagikan