Kedua, sebagai cermin budaya yang mengingatkan masyarakat untuk menilai kembali kehidupan sosial apakah masih sesuai dengan nilai adat dan norma agama?

Opini yang mengaitkan harimau dengan maksiat bukan sekadar mitos, tetapi bagian dari cara masyarakat menafsirkan peristiwa alam secara spiritual dan moral. Ia menjadi peringatan kultural, agar manusia tak merasa paling berkuasa atas alam semesta.
Percaya atau tidak, kearifan lokal masyarakat Tapanuli Selatan telah lama menyadari bahwa alam memiliki cara sendiri untuk berbicara.

Dalam sunyi hutan yang terganggu, dalam nilai adat yang ditinggalkan, harimau mungkin bukan hanya binatang buas tetapi juga suara yang membawa pesan agar kita kembali pada keseimbangan.
