PADANGSIDIMPUAN-Masyarakat di Tapanuli Selatan, Sumatera Utara (Sumut), pantas berbangga dengan keberadaan Komunitas Hatabosi. Sebab, lebih dari 100 tahun yang lalu, komunitas ini sudah aktif untuk menjaga lingkungan.
Ketua Majelis Wali Amanat Universitas Sumetera Utara (USU), Panusunan Pasaribu, misalnya. Putra kelahiran Desa Tanjung Rompa, Kecamatan Marancar, Kabupaten Tapsel, mengaku bangga dengan keberadaan komunitas tersebut.
Pria yang pernah menjabat sebagai Bupati Kabupaten Tapanuli Tengah (Tapteng) itu menceritakan, dia merupakan salah satu putra yang lahir satu tahun setelah Republik Indonesia merdeka di Tanjung Rompa. Umur 4 tahun, dia dibawa orangtua ke Padangsidimpuan.
Panusunan merasa bangga melihat perkembangan yang telah dirintis oleh kakeknya yang membuat sistem irigasi dengan menggunakan kearifan lokal. Dikisahkan, ketika masih hidup, kakeknya pernah bercerita bahwa , mereka tidak pernah sekolah akan tetapi mampu untuk membangun irigasi yang hingga saat ini irigasi tersebut masih berfungsi untuk mengairi persawahan yang ada di Hatabosi.
“Alhamdulillah, Pemkab Tapsel selalu ikut mendukung dan juga menularkan kebeberapa Kecamatan yang mungkin banyak persawahannya,”ujarnya ketika dihubungi.
Dia mengucapkan terima kasih kepada seluruh elemen yang menginisiasi untuk mendapatkan Kalpataru. “Bukan Kalpatarunya yang penting akan tetapi bagaimana untuk tetap mempertahankan kearifan lokal ini agar tetap terjaga dan lestari,”tandasnya. (zn)