Membaca Surat Yasin Amalan yang Dianjurkan Sambut 1 Muharram

  • Bagikan

Dikatakan oleh Abdullah bin Abbas tentang kemudahan yang akan didapatkan bagi siapa saja yang membaca Surat Yasin, baik itu di waktu pagi atau malam hari. Riwayat tersebut menyebutkan:

“Siapa yang membaca Surat Yasin pada waktu pagi, maka Allah memberinya kemudahan pada hari itu hingga sore harinya. Siapa yang membacanya di awal malam, maka Allah memberinya kemudahan sepanjang malam itu sampai pagi hari.” (HR. Darimi)

5. Ganjaran Pahala Berlipat-lipat
Kemudian keutamaan membaca Surat Yasin juga akan mendapatkan ganjaran berupa pahala yang berlipat-lipat. Hal ini juga telah disampaikan dalam sebuah riwayat hadits. Sebagaimana diriwayatkan Rasulullah SAW bersabda:

وَمَنْ قَرَأَ يس كتب الله لَهُ بِقِرائَتِهَا قِرائَةَ الْقُرْآنِ عَشْرَ مَرَّاتٍ

Artinya: “Orang yang membaca surah Yasin 1 kali, akan mendapatkan pahala 10 kali membaca Al-Qur’an.” (HR. Ad-Darimy, At-Turmudzi)

Bacaan Surat Yasin Lengkap
Dirangkum dari Al-Quran digital yang dibagikan melalui laman NU Online, berikut bacaan Surat Yasin lengkap dari ayat 1-83:

يٰسۤۚ ۝١

Yâ sîn.

Artinya: “Yā Sīn.”

وَالْقُرْاٰنِ الْحَكِيْمِۙ ۝٢

“Wal-qur’ânil-ḫakîm.”

Artinya: “Demi Al-Qur’an yang penuh hikmah,”

اِنَّكَ لَمِنَ الْمُرْسَلِيْنَۙ ۝٣

Innaka laminal-mursalîn.

Artinya: “sesungguhnya engkau (Nabi Muhammad) benar-benar salah seorang dari rasul-rasul”

عَلٰى صِرَاطٍ مُّسْتَقِيْمٍۗ ۝٤

‘Alâ shirâthim mustaqîm.
Artinya: “sesungguhnya engkau (Nabi Muhammad) benar-benar salah seorang dari rasul-rasul”

عَلٰى صِرَاطٍ مُّسْتَقِيْمٍۗ ۝٤

‘Alâ shirâthim mustaqîm.

Artinya: “(yang berada) di atas jalan yang lurus,”

تَنْزِيْلَ الْعَزِيْزِ الرَّحِيْمِۙ ۝٥

Tanzîlal-‘azîzir-raḫîm.

Artinya: “(sebagai wahyu) yang diturunkan oleh (Allah) Yang Maha Perkasa lagi Maha Penyayang,”

لِتُنْذِرَ قَوْمًا مَّآ اُنْذِرَ اٰبَاۤؤُهُمْ فَهُمْ غٰفِلُوْنَ ۝٦

Litundzira qaumam mâ undzira âbâ’uhum fa hum ghâfilûn.

Artinya: “agar engkau (Nabi Muhammad) memberi peringatan kepada suatu kaum yang nenek moyang mereka belum pernah diberi peringatan, sehingga mereka lalai.”

لَقَدْ حَقَّ الْقَوْلُ عَلٰٓى اَكْثَرِهِمْ فَهُمْ لَا يُؤْمِنُوْنَ ۝٧

Laqad ḫaqqal-qaulu ‘alâ aktsarihim fa hum lâ yu’minûn.

Artinya: “Sungguh, benar-benar berlaku perkataan (ketetapan takdir) terhadap kebanyakan mereka, maka mereka tidak akan beriman.”

اِنَّا جَعَلْنَا فِيْٓ اَعْنَاقِهِمْ اَغْلٰلًا فَهِيَ اِلَى الْاَذْقَانِ فَهُمْ مُّقْمَحُوْنَ ۝٨

Innâ ja’alnâ fî a’nâqihim aghlâlan fa hiya ilal-adzqâni fa hum muqmaḫûn.

Artinya: “Sesungguhnya Kami telah memasang belenggu di leher mereka, lalu (tangan mereka yang terbelenggu diangkat) ke dagu, karena itu mereka tertengadah.”

وَجَعَلْنَا مِنْۢ بَيْنِ اَيْدِيْهِمْ سَدًّا وَّمِنْ خَلْفِهِمْ سَدًّا فَاَغْشَيْنٰهُمْ فَهُمْ لَا يُبْصِرُوْنَ ۝٩

Wa ja’alnâ mim baini aidîhim saddaw wa min khalfihim saddan fa aghsyainâhum fa hum lâ yubshirûn.

Artinya: “Kami memasang penghalang di hadapan mereka dan di belakang mereka, sehingga Kami menutupi (pandangan) mereka. Mereka pun tidak dapat melihat.”

وَسَوَاۤءٌ عَلَيْهِمْ ءَاَنْذَرْتَهُمْ اَمْ لَمْ تُنْذِرْهُمْ لَا يُؤْمِنُوْنَ ۝١٠

Wa sawâ’un ‘alaihim a andzartahum am lam tundzir-hum lâ yu’minûn.

Artinya: “Sama saja bagi mereka, apakah engkau (Nabi Muhammad) memberi peringatan kepada mereka atau tidak. Mereka (tetap) tidak akan beriman.”

اِنَّمَا تُنْذِرُ مَنِ اتَّبَعَ الذِّكْرَ وَخَشِيَ الرَّحْمٰنَ بِالْغَيْبِۚ فَبَشِّرْهُ بِمَغْفِرَةٍ وَّاَجْرٍ كَرِيْمٍ ۝١١

Innamâ tundziru manittaba’adz-dzikra wa khasyiyar-raḫmâna bil-ghaîb, fa basysyir-hu bimaghfiratiw wa ajring karîm.

Artinya: “Sesungguhnya engkau (Nabi Muhammad) hanya (bisa) memberi peringatan kepada orang-orang yang mau mengikutinya dan yang takut kepada Tuhan Yang Maha Pengasih tanpa melihat-Nya. Berilah mereka kabar gembira dengan ampunan dan pahala yang mulia.”

اِنَّا نَحْنُ نُحْيِ الْمَوْتٰى وَنَكْتُبُ مَا قَدَّمُوْا وَاٰثَارَهُمْۗ وَكُلَّ شَيْءٍ اَحْصَيْنٰهُ فِيْٓ اِمَامٍ مُّبِيْنٍࣖ ۝١٢

Innâ naḫnu nuḫyil-mautâ wa naktubu mâ qaddamû wa âtsârahum, wa kulla syai’in aḫshainâhu fî imâmim mubîn.

Artinya: “Sesungguhnya Kamilah yang menghidupkan orang-orang yang mati dan Kami (pulalah) yang mencatat apa yang telah mereka kerjakan dan bekas-bekas yang mereka (tinggalkan). Segala sesuatu Kami kumpulkan dalam kitab induk yang nyata (Lauh Mahfuz).”

وَاضْرِبْ لَهُمْ مَّثَلًا اَصْحٰبَ الْقَرْيَةِۘ اِذْ جَاۤءَهَا الْمُرْسَلُوْنَۚ ۝١٣

Wadlrib lahum matsalan ash-ḫâbal-qaryah, idz jâ’ahal-mursalûn.

Artinya: “Buatlah suatu perumpamaan bagi mereka (kaum kafir Makkah), yaitu penduduk suatu negeri, ketika para utusan datang kepada mereka,”

اِذْ اَرْسَلْنَآ اِلَيْهِمُ اثْنَيْنِ فَكَذَّبُوْهُمَا فَعَزَّزْنَا بِثَالِثٍ فَقَالُوْٓا اِنَّآ اِلَيْكُمْ مُّرْسَلُوْنَ ۝١٤

Idz arsalnâ ilaihimutsnaini fa kadzdzabûhumâ fa ‘azzaznâ bitsâlitsin fa qâlû innâ ilaikum mursalûn.

Artinya: “(yaitu) ketika Kami mengutus kepada mereka dua orang utusan, lalu mereka mendustakan keduanya. Kemudian Kami menguatkan dengan (utusan) yang ketiga. Maka, ketiga (utusan itu) berkata, ‘Sesungguhnya kami adalah orang-orang yang diutus kepadamu’.”

قَالُوْا مَآ اَنْتُمْ اِلَّا بَشَرٌ مِّثْلُنَاۙ وَمَآ اَنْزَلَ الرَّحْمٰنُ مِنْ شَيْءٍۙ اِنْ اَنْتُمْ اِلَّا تَكْذِبُوْنَ ۝١٥

Qâlû mâ antum illâ basyarum mitslunâ wa mâ anzalar-raḫmânu min syai’in in antum illâ takdzibûn.

Artinya: “Mereka (penduduk negeri) menjawab, ‘Kamu tidak lain hanyalah manusia seperti kami. (Allah) Yang Maha Pengasih tidak (pernah) menurunkan sesuatu apa pun. Kamu hanyalah berdusta’.”

قَالُوْا رَبُّنَا يَعْلَمُ اِنَّآ اِلَيْكُمْ لَمُرْسَلُوْنَ ۝١٦

Qâlû rabbunâ ya’lamu innâ ilaikum lamursalûn.

Artinya: “Mereka (para rasul) berkata, ‘Tuhan kami mengetahui bahwa sesungguhnya kami benar-benar para utusan(-Nya) kepadamu’.”

وَمَا عَلَيْنَآ اِلَّا الْبَلٰغُ الْمُبِيْنُ ۝١٧

Wa mâ ‘alainâ illal-balâghul-mubîn.

Artinya: “‘Adapun kewajiban kami hanyalah menyampaikan (perintah Allah) yang jelas’.”

قَالُوْٓا اِنَّا تَطَيَّرْنَا بِكُمْۚ لَىِٕنْ لَّمْ تَنْتَهُوْا لَنَرْجُمَنَّكُمْ وَلَيَمَسَّنَّكُمْ مِّنَّا عَذَابٌ اَلِيْمٌ ۝١٨

Qâlû innâ tathayyarnâ bikum, la’il lam tantahû lanarjumannakum wa layamassannakum minnâ ‘adzâbun alîm.

Artinya: “Mereka (penduduk negeri) menjawab, ‘Sesungguhnya kami bernasib malang karenamu. Sungguh, jika kamu tidak berhenti (menyeru kami), niscaya kami merajam kamu dan kamu pasti akan merasakan siksaan yang pedih dari kami’.”

قَالُوْا طَاۤىِٕرُكُمْ مَّعَكُمْۗ اَىِٕنْ ذُكِّرْتُمْۗ بَلْ اَنْتُمْ قَوْمٌ مُّسْرِفُوْنَ ۝١٩

Qâlû thâ’irukum ma’akum, a in dzukkirtum, bal antum qaumum musrifûn.

Artinya: “Mereka (para rasul) berkata, ‘Kemalangan kamu itu (akibat perbuatan) kamu sendiri. Apakah karena kamu diberi peringatan, (lalu kamu menjadi malang)? Sebenarnya kamu adalah kaum yang melampaui batas’.”

وَجَاۤءَ مِنْ اَقْصَا الْمَدِيْنَةِ رَجُلٌ يَّسْعٰى قَالَ يٰقَوْمِ اتَّبِعُوا الْمُرْسَلِيْنَۙ ۝٢٠

Wa jâ’a min aqshal-madînati rajuluy yas’â qâla yâ qaumittabi’ul-mursalîn.

Artinya: “Datanglah dengan bergegas dari ujung kota, seorang laki-laki. Dia berkata, ‘Wahai kaumku, ikutilah para rasul itu!'”

اتَّبِعُوْا مَنْ لَّا يَسْـَٔلُكُمْ اَجْرًا وَّهُمْ مُّهْتَدُوْنَ ۝٢١

Ittabi’û mal lâ yas’alukum ajraw wa hum muhtadûn.

Artinya: “Ikutilah orang yang tidak meminta imbalan (dalam berdakwah) kepadamu. Mereka adalah orang-orang yang mendapat petunjuk.”

وَمَا لِيَ لَآ اَعْبُدُ الَّذِيْ فَطَرَنِيْ وَاِلَيْهِ تُرْجَعُوْنَ ۝٢٢

Wa mâ liya lâ a’budulladzî fatharanî wa ilaihi turja’ûn.

Artinya: “Apa (alasanku) untuk tidak menyembah (Allah) yang telah menciptakanku dan hanya kepada-Nyalah kamu akan dikembalikan.”

ءَاَتَّخِذُ مِنْ دُوْنِهٖٓ اٰلِهَةً اِنْ يُّرِدْنِ الرَّحْمٰنُ بِضُرٍّ لَّا تُغْنِ عَنِّيْ شَفَاعَتُهُمْ شَيْـًٔا وَّلَا يُنْقِذُوْنِۚ ۝٢٣

A attakhidzu min dûnihî âlihatan iy yuridnir-raḫmânu bidlurril lâ tughni ‘annî syafâ’atuhum syai’aw wa lâ yungqidzûn.

Artinya: “Mengapa aku (harus) mengambil sembahan-sembahan selain-Nya? Jika (Allah) Yang Maha Pengasih menghendaki bencana terhadapku, pasti pertolongan mereka tidak berguna sama sekali bagi diriku dan mereka (juga) tidak dapat menyelamatkanku.”

اِنِّيْٓ اِذًا لَّفِيْ ضَلٰلٍ مُّبِيْنٍ ۝٢٤

Innî idzal lafî dlalâlim mubîn.

Artinya: “Sesungguhnya aku (jika berbuat) begitu, pasti berada dalam kesesatan yang nyata.”

اِنِّيْٓ اٰمَنْتُ بِرَبِّكُمْ فَاسْمَعُوْنِۗ ۝٢٥

Innî âmantu birabbikum fasma’ûn.

Artinya: “‘Sesungguhnya aku telah beriman kepada Tuhanmu. Maka, dengarkanlah (pengakuan)-ku’.”

قِيْلَ ادْخُلِ الْجَنَّةَۗ قَالَ يٰلَيْتَ قَوْمِيْ يَعْلَمُوْنَۙ ۝٢٦

Qîladkhulil-jannah, qâla yâ laita qaumî ya’lamûn.

Artinya: “Dikatakan (kepadanya), ‘Masuklah ke surga.’ Dia (laki-laki itu) berkata, ‘Aduhai, sekiranya kaumku mengetahui,”

بِمَا غَفَرَ لِيْ رَبِّيْ وَجَعَلَنِيْ مِنَ الْمُكْرَمِيْنَ ۝٢٧

Bimâ ghafara lî rabbî wa ja’alanî minal-mukramîn.

Artinya: “(bagaimana) Tuhanku mengampuniku dan menjadikanku termasuk orang-orang yang dimuliakan’.”

۞ وَمَآ اَنْزَلْنَا عَلٰى قَوْمِهٖ مِنْۢ بَعْدِهٖ مِنْ جُنْدٍ مِّنَ السَّمَاۤءِ وَمَا كُنَّا مُنْزِلِيْنَ ۝٢٨

Wa mâ anzalnâ ‘alâ qaumihî mim ba’dihî min jundim minas-samâ’i wa mâ kunnâ munzilîn.

Artinya: “Setelah dia (dibunuh), Kami tidak menurunkan satu pasukan pun dari langit kepada kaumnya dan Kami tidak perlu menurunkannya.”

اِنْ كَانَتْ اِلَّا صَيْحَةً وَّاحِدَةً فَاِذَا هُمْ خٰمِدُوْنَ ۝٢٩

Ing kânat illâ shaiḫataw wâḫidatan fa idzâ hum khâmidûn.

Artinya: “(Azab mereka) itu cukup dengan satu teriakan saja. Maka, seketika itu mereka mati.”

يٰحَسْرَةً عَلَى الْعِبَادِۚ مَا يَأْتِيْهِمْ مِّنْ رَّسُوْلٍ اِلَّا كَانُوْا بِهٖ يَسْتَهْزِءُوْنَ ۝٣٠

Yâ ḫasratan ‘alal-‘ibâd, mâ ya’tîhim mir rasûlin illâ kânû bihî yastahzi’ûn.

Artinya: “Alangkah besar penyesalan diri para hamba itu. Setiap datang seorang rasul kepada mereka, mereka selalu memperolok-olokkannya.”

اَلَمْ يَرَوْا كَمْ اَهْلَكْنَا قَبْلَهُمْ مِّنَ الْقُرُوْنِ اَنَّهُمْ اِلَيْهِمْ لَا يَرْجِعُوْنَ ۝٣١

A lam yarau kam ahlaknâ qablahum minal-qurûni annahum ilaihim lâ yarji’ûn.

Artinya: “Tidakkah mereka mengetahui berapa banyak umat sebelum mereka yang telah Kami binasakan. Mereka (setelah binasa) tidak ada yang kembali kepada mereka (di dunia).”

وَاِنْ كُلٌّ لَّمَّا جَمِيْعٌ لَّدَيْنَا مُحْضَرُوْنَࣖ ۝٣٢

Wa ing kullul lammâ jamî’ul ladainâ muḫdlarûn.

Artinya: “Tidak ada satu (umat) pun, kecuali semuanya akan dihadirkan kepada Kami (untuk dihisab).”

وَاٰيَةٌ لَّهُمُ الْاَرْضُ الْمَيْتَةُۖ اَحْيَيْنٰهَا وَاَخْرَجْنَا مِنْهَا حَبًّا فَمِنْهُ يَأْكُلُوْنَ ۝٣٣

Wa âyatul lahumul-ardlul-maitatu aḫyainâhâ wa akhrajnâ min-hâ ḫabban fa min-hu ya’kulûn.

Artinya: “Suatu tanda (kekuasaan-Nya) bagi mereka adalah bumi yang mati (tandus lalu) Kami menghidupkannya dan mengeluarkan darinya biji-bijian kemudian dari (biji-bijian) itu mereka makan.”

وَجَعَلْنَا فِيْهَا جَنّٰتٍ مِّنْ نَّخِيْلٍ وَّاَعْنَابٍ وَّفَجَّرْنَا فِيْهَا مِنَ الْعُيُوْنِۙ ۝٣٤

Wa ja’alnâ fîhâ jannâtim min nakhîliw wa a’nâbiw wa fajjarnâ fîhâ minal-‘uyûn.

Artinya: “Kami (juga) menjadikan padanya (bumi) kebun-kebun kurma dan anggur serta Kami memancarkan padanya beberapa mata air.”

لِيَأْكُلُوْا مِنْ ثَمَرِهٖۙ وَمَا عَمِلَتْهُ اَيْدِيْهِمْۗ اَفَلَا يَشْكُرُوْنَ ۝٣٥

Liya’kulû min tsamarihî wa mâ ‘amilat-hu aidîhim, a fa lâ yasykurûn.

Artinya: “agar mereka dapat makan dari buahnya, dan dari hasil usaha tangan mereka. Mengapa mereka tidak bersyukur?”

سُبْحٰنَ الَّذِيْ خَلَقَ الْاَزْوَاجَ كُلَّهَا مِمَّا تُنْۢبِتُ الْاَرْضُ وَمِنْ اَنْفُسِهِمْ وَمِمَّا لَا يَعْلَمُوْنَ ۝٣٦

Sub-ḫânalladzî khalaqal-azwâja kullahâ mimmâ tumbitul-ardlu wa min anfusihim wa mimmâ lâ ya’lamûn.

Artinya: “Maha Suci (Allah) yang telah menciptakan semuanya berpasang-pasangan, baik dari apa yang ditumbuhkan oleh bumi dan dari diri mereka sendiri maupun dari apa yang tidak mereka ketahui.”

وَاٰيَةٌ لَّهُمُ الَّيْلُۖ نَسْلَخُ مِنْهُ النَّهَارَ فَاِذَا هُمْ مُّظْلِمُوْنَۙ ۝٣٧

  • Bagikan