Dua Amal Agar Amal Dijaga ALLAH SWT

  • Bagikan

Setiap muslim berusaha dengan sungguh-sungguh untuk menjaga amalnya. Karena sesungguhnya amal merupakan modal menuju kehidupan akhirat dan kematian. Masuk surga bukan karena ilmu yang banyak, tetapi masuk surga harus dengan amal.

Allah berfirman:

ادْخُلُوا الْجَنَّةَ بِمَا كُنتُمْ تَعْمَلُونَ ﴿٣٢

“Masuklah kalian ke dalam surga disebabkan oleh amalan kalian.” (QS. An-Nahl[16]: 32)

Sebab ketika menuntut ilmu, kemudian tidak mengamalkannya, maka hakikatnya ilmu itu hanya akan menyeret kita ke dalam api neraka.

Sebagaimana tidak menuntut ilmu pun akan mencampakkan diri kita ke dalam neraka jahanam. Karena kewajiban setiap manusia adalah berilmu dan beramal.

Setelah beramal, tentu yang harus dipikirkan bagaimana menjaga amal.

Pertama bagaimana agar amal tersebut berkelanjutan dan tidak terputus sekali saja. Kedua menjaga amal jangan sampai digugurkan akibat melakukan pembatal-pembatalnya.

Ada dua amal yang apabila kita jaga, maka Allah akan menjaga amal kita.

Al-Hasan Al-Bashri berkata: “Ada dua perkara, siapa yang menjaganya, maka itu akan menjaga amalan dia. Yang pertama adalah menjaga shalat, dan kedua adalah menjaga lisan.”

Menjaga Shalat

Orang yang menjaga shalat, akan menyebabkan amalan lain akan terpelihara. Semakin seseorang bersungguh-sungguh dalam menjaga shalat, semakin dia akan diberikan oleh Allah kekuatan dan kemudahan untuk menjaga amalan yang lainnya.

Karena itu perintah Allah untuk shalat dan mendirikan shalat sangatlah banyak.

Dan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

إنَّ أَوَّلَ مَا يُحَاسَبُ بِهِ العَبْدُ يَوْمَ القِيَامَةِ مِنْ عَمَلِهِ صَلاَتُهُ

“Sesungguhnya yang pertama kali dihisab nanti pada hari kiamat yaitu shalat.”

فَإنْ صَلُحَتْ ، فَقَدْ أفْلَحَ وأَنْجَحَ

Apabila shalatnya baik, maka amalan yang lain pun ikut.”

وَإنْ فَسَدَتْ ، فَقَدْ خَابَ وَخَسِرَ

Dan apabila amalan shalatnya buruk, maka amalan yang lain pun ikut buruk”

Salafush Shalih menjadikan parameter seseorang itu baik atau tidak, amanah atau tidak, dilihat bagaimana shalatnya.

‘Umar bin ‘Abdul ‘Aziz apabila ingin mengangkat seseorang menjadi pejabat ataupun yang lainnya, yang pertama kali beliau perhatikan adalah shalatnya.

Ketika seseorang sungguh-sungguh menjalankan shalat dengan menegakkan shalat, menjaga syarat, rukun dan sunnah serta wajibnya, maka amalan lain pun insyaAllah akan bisa dijaganya.

Bila amanah dalam shalat, sungguh-sungguh menjaga kekhusuannya, insyaAllah orang tersebut akan amanah dan jujur dalam bekerja, karena sesungguhnya shalat itu mencegah dari perbuatan keji dan mungkar.

Allah mengatakan:

إِنَّ الصَّلَاةَ تَنْهَىٰ عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنكَرِ

Sesungguhnya shalat itu mencegah dari perbuatan keji dan mungkar.” (QS. Al-Ankabut[29]: 45)

Ada seorang laki-laki datang kepada Rasulullah dan mengatakan: “Wahai Rasulullah, saya punya tetangga yang ia rajin shalat malam, di waktu malam ia gunakan untuk shalat malam, akan tetapi ketika pagi hari dia mencuri, wahai Rasulullah. Bagaimana orang seperti ini?”

Rasulullah berkata?

سَتَمْنَعُهُ صَلَاتُهُ

Kelak shalatnya akan mencegah ia dari perbuatan tersebut.”

Artinya shalat akan memberikan kekuatan pada diri seseorang untuk meninggalkan perbuatan keji dan mungkar.

Adapun ketika seseorang shalat kemudian ia terus-menerus berbuat keji dan mungkar, itu akibat shalatnya tidak jaga.

Berapa banyak orang yang shalat tapi dia tidak tuma’ninah, sehingga akhirnya shalat itu tidak berpengaruh kepada hidupnya, tidak berefek kepada amalannya.

Berapa banyak orang yang shalat tapi ternyata ia senantiasa melakukan kemaksiatan? Matanya bermaksiat, lisannya berdusta, telinganya mendengar apa yang dilarang oleh Allah, ternyata shalatnya tidak mampu mencegah dari perbuatan keji dan mungkar.

Menurut Ibnu Taimiyah, hal tersebut karena shalatnya dimasuki sesuatu.

Menjaga Lisan

Siapa yang menjaga lisannya sehingga tidak mudah mengucapkan kata-kata kecuali setelah ia pikirkan terlebih dahulu, pasti Allah akan jaga amalannya.

Setiap kali kita mendengarkan seorang khatib mengucapkan:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّـهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا ﴿٧٠

Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kalian kepada Allah dan ucapkan kata-kata yang benar, kata-kata yang baik, kata-kata yang lurus.” (QS. Al-Ahzab[33]: 70)

Apa balasannya?

يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ

Niscaya Allah akan perbaiki amalan kalian, dan Allah akan ampuni dosa kalian.” (QS. Al-Ahzab[33]: 71)

Ternyata ketika menjaga lisan dari mengucapkan kata-kata yang tidak baik, Allah pun memberikan balasan dengan dijaga amalan kita.

Banyak diantara manusia rutin ber-ghibah, mudah sekali menjelekkan dan menyakiti hati orang lain.

Di media sosial, dengan mudah bisa dilihat banyak orang yang dengan mudah berbicara dan menyakiti hati orang lain.

Inilah dua perkara, siapa yang menjaganya maka Allah akan menjaga amalannya.

Maka hendaklah setiap mukmin berfikir dan memperbanyak timbangan amalan shalih-nya.

Kita sering membaca firman-Nya:

فَمَن يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَرَهُ ﴿٧﴾ وَمَن يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ شَرًّا يَرَهُ

Siapa yang melakukan amalan kebaikan sekecil apapun, ia akan melihat balasannya. Dan siapa yang melakukan amalan keburukan sekecil apapun, ia akan melihat balasannya.” (QS. Az-Zalzalah[99]: 7-8)

Keselamatan di akhirat adalah dengan timbangan amalan kebaikan. Karena, seorang mukmin seharusnya berpikir amalan dan memperbaiki amal.

Lalu kemudian menjaga amal agar bisa masuk ke dalam surga Allah dengan amalan tersebut.

Betul memang seseorang masuk surga bukan karena amalannya semata, tapi semata-mata karena rahmat Allah Swt.

Sebagaimana Rasulullah bersabda:

لَا يُدْخِلُ أَحَدًا مِنْكُمْ عَمَلُهُ الْجَنَّةَ، وَلَا يُجِيرُهُ مِنَ النَّارِ، وَلَا أَنَا إِلَّا بِرَحْمَةٍ مِنَ اللَّهِ

Tidak ada amalan seorangpun yang bisa memasukkannya ke dalam surga, dan menyelamatkannya dari neraka. Tidak juga denganku, kecuali dengan rahmat dari Allah” (HR. Muslim).

Itu tidak bertentangan, karena seseorang yang senantiasa diberikan oleh Allah kekuatan untuk beramal, itu semua rahmat dari Allah dan karunia kepadanya.

Maka mintalah kepada Allah kekuatan untuk senantiasa beramal shalih, mintalah kepada Allah kekuatan untuk senantiasa menaati Allah Jalla wa ‘Ala.

Kemudian mari berusaha untuk menjauhi perkara yang menyebabkan tidak bisa beramal, berupa kemaksiatan, penyakit hati dan yang lainya. (zhp)

  • Bagikan