SEAKAN tiba-tiba tersentuh, para wakil rakyat yang mendadak menaruh perhatian pada kondisi Jalan Batu Jomba di Kecamatan Sipirok, Kabupaten Tapanuli Selatan, Sumatera Utara yang sudah lama sekali rusak parah.
Namun, apakah perhatian Anggota DPRD Tapsel Abdul Bashit Dalimunthe dan Anggota DPR-RI Gus Irawan Pasaribu ini benar-benar tulus atau hanya manuver politik menjelang tahun pemilu kepala daerah serentak 2024?
Sebagaimana yang tersiar melalui Media Sosial beberapa konten You Tube (sinaga vlog, bayo buan, sarjana jalanan, dan lainnya) yang belakangan menjadi gunjingan sebagian netizen.
Atas viralnya you tube tersebut, Parlaungan Tambunan (aktivis sekaligus pemerhati pembangunan Tabagsel) warga Padangsidimpuan pun angkat bicara.
“Sudah bertahun-tahun masyarakat di sekitar Jalan Batu Jomba harus bertarung dengan jalan yang berlubang, rusak, dan nyaris tak bisa dilalui,” tegasnya.
Kondisi ini bukanlah masalah baru; keluhan telah disampaikan berkali-kali, baik melalui media maupun langsung kepada pemerintah daerah. Namun, suara rakyat kerap kali tenggelam dalam diamnya para pemangku kepentingan.
Ketika publik akhirnya mulai meragukan kehadiran dan kepedulian mereka, tiba-tiba wakil rakyat Abdul Basith dan Gus Irawan dalam you tube muncul dengan narasi seakan-akan peduli.
Menurutnya, Langkah ini tidak lebih dari upaya mempertahankan citra dan menenangkan kegelisahan rakyat yang sudah lama tak dianggap. Retorika semacam ini sering terjadi menjelang masa pemilu—janji-janji manis dan aksi dadakan yang tampak heroik, namun di baliknya hanya kepentingan elektoral yang mendasarinya.
Terlebih lagi, kata dia, Gus Irawan yang sudah dua periode duduk sebagai Anggota DPR-RI dari Dapil 2 Sumatera Utara, seolah-olah baru sekarang tersadar akan kondisi jalan ini.
Selama dua periode masa jabatannya, ke mana saja dia? Di mana perhatian dan tindakannya selama ini ketika rakyat yang diwakilinya bergulat dengan kondisi infrastruktur yang memprihatinkan? Jika benar peduli, mengapa baru sekarang muncul setelah bertahun-tahun jalan ini rusak parah?
“Kepura-puraan semacam ini adalah penghinaan bagi warga yang setiap hari harus menanggung beban hidup akibat jalan yang rusak. Aksi mendadak yang dilakukan oleh para pejabat ini jelas menunjukkan bahwa mereka hanya bergerak ketika ada sorotan publik dan ancaman kehilangan dukungan.