JAKARTA – Kementerian ESDM menghentikan kegiatan sementara aktifitas PT Sorik Marapi Geothermal Power (SMGP) di Desa Sibanggor di Kabupaten Mandailing Natal, Sumatera Utara.
Penghentian itu dilakukan Kementerian ESDM sesuai siaran pers NOMOR: 036.Pers/04/SJI/2021 yang dipublikasikan oleh Kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi Publik, dan Kerja Sama, Agung Pribadi, (26/1/2021).
Dia menyatakan, Direktur Panas Bumi, Ida Nuryatin Finahari melalui pernyataan resminya hari ini (26/1) menyatakan telah menerbitkan surat penghentian sementara seluruh kegiatan/aktivitas PT SMGP di lapangan, termasuk penghentian operasi PLTP Unit I (45 MW), kegiatan pengeboran dengan 2 unit rig, dan seluruh aktivitas pengembangan PLTP Unit II.
“Kejadian tersebut saat ini dalam proses investigasi oleh Inspektur Panas Bumi yang dijadwalkan berangkat menuju lokasi hari ini (Selasa, 26/1),” kata Kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi Publik, dan Kerja Sama, Agung Pribadi melalui siaran persnya, (26/1/2021).
Dia menjelaskan, Drektorat Jenderal Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi Energi melalui Direktur Panas Bumi telah menerima laporan dari pengembang lapangan panas bumi Sorik Marapi yang terletak di Kabupaten Mandailing Natal, Sumatera Utara, yaitu PT Sorik Marapi Geothermal Power (SMGP), bahwa Senin (25/1/2021) telah terjadi paparan diduga gas H2S terhadap warga masyarakat ketika berlangsung kegiatan buka sumur (well discharge) sumur SM T02 pada proyek panas bumi PLTP Sorik Marapi Unit II.
Kegiatan buka sumur merupakan salah satu tahapan dalam pengoperasian PLTP dan dilaksanakan dengan prosedur yang ketat. Sebelum memulai buka sumur, PT SMGP melakukan seluruh rangkaian prosedur keamanan antara lain sosialisasi kepada semua pekerja dan masyarakat, evakuasi seluruh pekerja dari wellpad, penetapan batas perimeter aman, melengkapi tim well test dengan SCBA dan gas detector, dan final sweeping sebelum kegiatan buka sumur dimulai. Selanjutnya, sekitar pukul 12.00 WIB, dilakukan buka sumur dengan mengalirkan steam ke silencer untuk dibersihkan sebelum dialirkan ke PLTP.
“Namun sekitar pukul 12.30 WIB dilaporkan ada masyarakat yang pingsan. Pada saat itu, warga sedang berada di sawah yang berjarak sekitar 300 – 500 m dari lokasi sumur panas bumi. Pada saat kejadian, seluruh alat gas detector yang ditempatkan tidak mendeteksi adanya gas H2S. SMGP memutuskan segera menutup kembali sumur,” beber Agung.