LENSAKINI – Wacana pendirian Bank Syariah Muhammadiyah (BSM) kembali mencuat ke permukaan, memantik harapan dan sekaligus perdebatan di tengah umat.

Harapan karena hadirnya bank ini dianggap sebagai jalan menuju kemandirian ekonomi umat Islam. Perdebatan karena realisasinya memerlukan kesiapan luar biasa baik dari sisi modal, manajemen, hingga komitmen ideologis.
Pernyataan dari salah satu Wakil Ketua Majelis Ekonomi, Bisnis, dan Pariwisata PP Muhammadiyah yang menyebut bahwa izin pendirian BSM akan segera keluar, sempat memantik optimisme. Bahkan OJK pun disebut-sebut “mengamini” hal itu.

Namun, Ketua PP Muhammadiyah, Anwar Abbas, segera memberikan klarifikasi bahwa izin yang akan keluar bukan untuk bank umum syariah, melainkan untuk BPR Syariah (BPRS). Salah satunya BPR Matahari Artadaya milik Uhamka yang sedang dikonversi.

Meski demikian, perdebatan tak surut. Justru makin ramai diperbincangkan di internal Persyarikatan dan ruang publik.
Sebab, kehadiran BSM tak sekadar tentang berdirinya sebuah lembaga keuangan, melainkan tentang identitas, strategi perjuangan ekonomi, dan upaya memperkuat posisi umat dalam percaturan nasional.