Cerita Sedih Siswa Miskin di Sidimpuan Yang Rela Jalan Kaki 3 Kilometer Demi Ikut Belajar Daring

  • Bagikan
Intan Melani (11), satu dari sekian banyaknya siswa yang tidak memiliki telepon genggam (HP), namun harus mengikuti sistem belajar daring agar tidak ketinggalan mata pelajaran di sekolahnya.

PADANGSIDIMPUAN-Intan Melani (11), satu dari sekian banyaknya siswa yang tidak memiliki telepon genggam (HP), namun harus mengikuti sistem belajar daring agar tidak ketinggalan mata pelajaran di sekolahnya.

Advertisement

Ternyata, untuk dapat mengikuti anjuran pemerintah itu, Intan nama panggilannya harus rela berjalan kaki ke pasar demi meminjam telepon genggam milik salah seorang keluarganya.

Meski harus melewati jalan-jalan kecil, namun, semangat Intan tidak pernah pudar. Keinginan yang kuat untuk meraih cita-cita sebagai seorang guru harus dikerjakannya. Tanpa rasa malu, dia harus mendatangi tempat salah seorang saudaranya untuk ikut belajar daring. Maklum, terlahir sebagai yatim piatu, Intan tidak memiliki telepon genggam.

Intan tinggal bersama empat orang saudaranya di Jalan Bersama, Kelurahan Losung Batu, Kecamatan Padangsidimpuan Utara, Kota Padangsidimpuan. Dia merupakan anak ketiga dari empat bersaudara. Dua saudaranya sudah putus sekolah karena keterbatasan ekonomi, sedangkan adiknya belum sekolah.

Tak mau mengikuti jejak kedua saudaranya, Intan rela menjalani hidup susah agar dapat sekolah. Sejak kedua orangtuanya meninggal dunia, mereka dirawat dan diasuh oleh nenek, Darmawan Siregar yang sudah berumur 60 tahun.”Kalau mau daring, saya ke pasar minjam HP saudara,”ujarnya kepada LENSAKINI, ketika ditemui.

Menjadi tukang cuci pakaian, menjadi Darmawan Siregar sebagai lansia kuat. Bagaimana tidak, dengan usia yang sudah 60 tahun, dia harus bekerja banting tulang untuk menghidupi empat orang cucunya. (zn)

 

  • Bagikan