Bahkan pada masa puncak pandemi COVID-19 persentase penduduk miskin Tapsel di 2021 tercatat 8,80% atau meningkat berjumlah 25,01 ribu namun menurun menjadi 8,07% atau berjumlah 23,05 ribu.
Artinya lagi-lagi kata BPS dalam kurun waktu lima “5” tahun sejak 2018 hingga 2022 persentase dan jumlah penduduk miskin Tapsel secara bertahap terus mengalami penurunan, dan di 2022 terendah untuk lima tahun terakhir itu.
“Pun demikian kita pemerintah akan terus berupaya memberikan terbaik dan bekerja keras agar visi misi masyarakat Tapsel yang sehat, cerdas, dan sejahtera dapat terwujud dengan harapan persentase kemiskinan juga bisa terus ditekan,” kata Dolly.
Selain itu pada garis kemiskinan dalam kebutuhan pengeluaran per kapita per bulan, BPS mencatat untuk lima “5” tahun terakhir atau dari sejak 2018 hingga 2022 terjadi pergeseran angka signifikan.
Tahun 2018 sebesar Rp347.407 bergeser di 2019 sebesar Rp364.798, dan bergeser lagi di 2020 sebesar Rp397.363, tahun 2021 sebesar Rp420.431, dan di 2022 menjadi sebesar Rp445.612.
“Artinya sesuai hasil survei kita bukan asumsi, dimana dalam rata-rata kebutuhan per orang dalam setiap keluarga per bulannya di masyarakat ada pergeseran membaik,” kata BPS.
Kemiskinan memiliki tiga indikator
Tingkat Kemiskinan (P0): proporsi penduduk yang memiliki pengeluaran per kapita di bawah garis kemiskinan.
Kedalaman Kemiskinan (P1): rata-rata selisih pengeluaran per kapita penduduk miskin dengan garis kemiskinan. Semakin tinggi P1 menunjukkan semakin miskinnya penduduk miskin akibat semakin jauhnya pengeluaran per kapita mereka dari garis kemiskinan.
Keparahan Kemiskinan (P2): rata-rata dari kuadrat selisih pengeluaran per kapita penduduk miskin dengan garis kemiskinan.
“Semakin tinggi P2 menunjukkan semakin miskinnya penduduk paling miskin akibat bobot yang lebih tinggi yang diterapkan oleh pengkuadratan selisih pengeluaran per kapita,” kata BPS.
Turunnya P0 tidak selalu disertai dengan penurunan P1 dan P2. Itulah mengapa memperhatikan pergerakan P1 dan P2 antar waktu juga diperlukan untuk melakukan analisis apakah turunnya tingkat kemiskinan disertai dengan semakin sejahteranya penduduk yang masih miskin, sebutnya.
Untuk indeks kedalam garis kemiskinan (P1) atau palung Tapanuli Sekatan terjadi fluktuasi dimana 2018 sebesar 1,29%, di 2019 (0,87%), 2020 (0,87%), di 2021 (1,53%) dan turun lagi di 2022 sebesar 0,91%.
Sementara tingkat keparahan garis kemiskinan (P2), kata BPS, juga terjadi pergeseran di 2018 sebesar 0,32%, di 2019 menjadi 0,18%, di 2020 sebesar 0,16%, naik di 2021 menjadi sebesar 0,40%, dan turun jauh di 2022 menjadi 0,14%.
Angka harapan hidup saat lahir (AHH) mencatat kemajuan dimana rata panjang umur setiap individu di Tapsel bertambah. Tahun 2018 angka AHH 64,55 tahun, 2019 (64,82 tahun), 2020 (64,91 tahun), 2021 (64,97 tahun), dan di 2022 naik 66,28 tahun.
Demikian halnya harapan lama sekolah lima tahun terakhir juga semakin membaik, BPS mencatat HLS di 2018 diangka 13,1 tahun, 2019 (13,12 tahun), 2020 (13,24 tahun), 2021 (13,35 tahun), dan bahkan di 2022 naik menjadi 13,37 tahun.
Sedang untuk rata-rata lama sekolah (RLS) sesuai catatan resmi BPS juga mengindikasikan semakin membaik dari tahun ke tahun dimana tahun 2018 diangka 8,7 tahun, 2019 (8,97 tahun), 2020 (9,28 tahun), di 2021 (9,29 tahun), dan naik menjadi angka 9,37 tahun di 2022.
Indikasi sistem keuangan masyarakat Tapsel lima tahun bertambah membaik, kata BPS, tergambar dari pengeluaran riil per kapita masyarakat di tahun 2018 cuma Rp.11,209 juta naik menjadi Rp.11,410 juta di 2019,
Kemudian di 2020 Rp.11,236 juta dan Rp.11,304 juta di 2021 serta meningkat lagi di 2022 senilai Rp11,727 juta.
“Artinya semakin tinggi pengeluaran riil perkapita selama setahun mengindikasikan pola belanja masyarakat semakin pula konsumtif,” jelas BPS.
Simak Breaking News dan Berita Pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita LENSAKINI.COM WhatsApp Channel: KLIK DISINI











