LENSAKINI – Tanggal 1 Mei adalah milik para pekerja. Jalanan dipenuhi suara, spanduk, dan harapan. Mereka menuntut yang layak, menyuarakan yang adil.

Setiap tahun, pemandangan itu selalu hadir dan selalu mengingatkan kita bahwa kerja bukan sekadar urusan perut, tapi juga martabat.
Namun, tak semua buruh berdiri di barisan itu. Ada satu jenis pekerja yang jarang terlihat. Tak membawa megafon, tak memblokade jalan.

Mereka jarang diberi panggung, tapi suara mereka bisa didengar setiap hari di balik berita yang kita baca, fakta yang kita tahu, dan dunia yang perlahan kita pahami.

Mereka adalah para jurnalis. Para buruh tinta. Yang bekerja dalam sunyi, agar suara orang lain tak hilang dalam kesunyian.
Penuli pernah berbincang dengan salah satu dari wartawan yang penulis anggap seorang senior. Seorang wartawan daerah, yang sejak muda hidup dari berita.
Saat saya tanya mengapa tetap memilih jalan itu yang melelahkan, tak menentu, bahkan kadang tak dianggap ia menjawab pelan:
“Kami sering tidak tidur, bukan karena sibuk mengejar sensasi…tapi karena kami tak ingin siapa pun hilang tanpa cerita. Karena kalau kami diam, mungkin tak ada yang tahu mereka pernah ada…”
Saya terdiam dan hati saya runtuh perlahan. Di tengah dunia yang bising oleh kabar palsu, clickbait, dan kejar-kejaran rating, masih ada yang memilih setia menulis yang benar meski tidak ramai disorot.
Mereka menjemput informasi dari lorong-lorong sepi, menggali kenyataan di balik dinding kuasa, dan menulis dengan hati yang lelah tapi tulus.
Di tengah malam, saat banyak dari kita terlelap, mereka mungkin sedang menyunting satu berita yang bisa menyelamatkan satu nyawa, atau menyuarakan satu kebenaran yang lama dibungkam.
Simak Breaking News dan Berita Pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita LENSAKINI.COM WhatsApp Channel: KLIK DISINI