
MANDAILING NATAL-Nur Asih, perempuan berusia 46, hanya bisa menahan rasa sakitnya akibat terjangkit kanker payudara sejak belasan tahun yang lalu.
Rasa sakit langsung terpancar dari raut wajah perempuan anak dua itu ketika LENSAKINI mendatangi rumahnya, Pasar Jong-Jong, Kelurahan Panyabungan II, Kabupaten Mandailing Natal (Madina).

Didampingi Suaminya, Sahrial (56), mereka ternyata tinggal di rumah kontrakan dengan penghasilan hanya Rp20 ribu setiap hari. Mereka hanya berharap dari usaha warung kecil yang ada di samping rumah.
Gejala kanker payudara itu sudah dirasakan Nur Asiah sejak berhenti menyusui anak terakhirnya. Saat itu, dia melihat ada benjolan di payudara. Namun, Nur Asih tidak menghiraukannya. Sayangnya, kala itu dia tidak memberitau kondisi tersebut kepada suami.
“Selama ini saya tutupi karena saya takut biaya berobat yang sangat mahal,”ungkapnya. Perasaan sakit tidak bisa ditahan, seiring dengan benjolan yang terus membesar. Akhirnya, Nur Asiah menceritakan kondisi tersebut kepada suaminya.
Karena kondisi ekonomi dan penghasilan yang minim, Sahrial hanya membawa istrinya berobat ke dukun kampung.”Kalau ke rumah sakit saya tidak punya uang untuk membawanya berobat,”tutur Sahrial.
Kondisi Nur Asiah semakin parah. Setelah bermusyarawah dengan keluarga yang lain, akhirnya Nur Asiah dibawa ke Medan untuk berobat ke rumah sakit. Namun, hasil kurang maksimal.
“Anehnya, ketika dibawa ke Medan, dokter mengatakan istri saya harus dikarantina, karena virus corona, makanya saya bawa pulang,”ujarnya. Dengan segala kekurangan yang ia rasakan saat ini, Sahrial dan istrinya berharap agar dibantu untuk biaya perobatan. (Raja)