Dari Anak Jalanan ke Panglima TNI: Keajaiban Surat Yasin dalam Hidup Agus Subiyanto

  • Bagikan

Jakarta – Jenderal TNI Agus Subiyanto, kini menjabat sebagai Panglima TNI, tidak hanya dikenal sebagai pemimpin militer yang tangguh, tetapi juga sebagai pribadi yang mengalami transformasi hidup berkat kekuatan spiritual dari Surat Yasin.

Agus lahir di Cimahi, Bandung, Jawa Barat pada 5 Agustus 1967. Kehidupan Agus sejak kecil penuh dengan tantangan. Pada usia lima tahun, ia harus menerima kenyataan pahit ditinggal pergi oleh ibunya. Ketidakhadiran kasih sayang seorang ibu membuat Agus tumbuh dengan rasa frustasi dan kemarahan. Bersama ayahnya, seorang prajurit Tamtama TNI AD, serta kakak dan adik-adiknya, Agus hidup dalam keterbatasan ekonomi.

Kehidupan Agus semakin terpuruk ketika ayahnya meninggal dunia akibat kecelakaan saat ia baru naik ke kelas 2 SMA. “Duniaku rasanya berantakan. Satu-satunya pilarku yang tersisa runtuh,” kenang Agus dalam biografinya berjudul “Believe.”

Selepas SMA pada 1986, Agus menghabiskan waktunya dengan teman-temannya, berkeliling dengan motor dan nongkrong tanpa tujuan. Gaya hidup ini membawanya pada konflik dengan Polisi Militer. Pada suatu malam di penghujung Februari, Agus dan teman-temannya ditangkap oleh seorang Kopral Polisi Militer. Peristiwa tersebut menjadi titik balik dalam hidupnya. Ditangkap dan dihajar, Agus bertekad untuk menjadi tentara seperti ayahnya.

Namun, perjuangannya untuk menjadi tentara tidaklah mudah. Setelah gagal masuk Sekolah Calon Bintara (Secaba) di tahap akhir, Agus merasa kecewa dan frustasi. Di tengah kekecewaan itu, temannya, Iwa, memberinya sebuah buku kecil berwarna merah berjudul “Surat Yasin dan Tahlil.” Buku lusuh itu menjadi penyelamat bagi Agus.

Setiap selesai Salat Subuh dan Salat Maghrib, Agus rutin membaca Surat Yasin. Kebiasaan ini memberinya ketenangan dan keteguhan hati. “Aku pamit, tetap tak ada pesan tertentu, hanya buku tadi. Yasin lusuh itu pun aku bawa pulang dalam genggaman,” ungkapnya. Membaca Surat Yasin setiap hari membuat hati dan pikirannya semakin jernih, sabar, dan ikhlas.

Pada tahun 1988, Agus memberanikan diri untuk mendaftar ke Akademi Militer (Akmil). Dengan tekad yang bulat dan doa yang tulus, Agus lulus seleksi dengan nilai memuaskan, menempati peringkat kedua se-Jawa Barat. “Aku jadi semakin sadar dan meyakini inilah buah manis rutin membaca Yasin setiap hari. Allah tidak akan melupakan hamba yang mendekatkan diri kepada-Nya,” tuturnya.

  • Bagikan