MANDAILING NATAL-Satu keluarga di Kabupaten Mandailing Natal, Sumatera Utara tinggal di sebuah gubuk reok yang hanya berukuran 3 x 4 meter yang terbuat dari papan. Hal ini dilakukan mereka lantaran kondisi ekonomi dibawah garis kemiskinan.
Adalah Sangkot (35) wanita asal Torbanua Raja, Kecamatan Panyabungan Utara, Kabupaten Mandailing Natal (Madina) yang tinggal digubuk reok tersebut bersama dua anaknya.
Gubuk yang tanpa sekatan kamar ini berada diareal persawahan, Desa Panyabungan Jae. Kendati demmikian, Sangkot bersyukur masih ada orang yang peduli dengan memberikan tempat tinggal walupun hanya sebuah gubuk.
Di tempat yang sangat sempit dan beralaskan tikar, dirinya tidur bersama dua anaknya yang masih kecil yaitu Ardiansyh (7) dan Sakira (3).
Kepada LENSAKINI, Sangkot bercerita bagaimana ia awalnya tinggal di tempat yang baru satu minggu ditempatinya tersebut. Kejadian itu berawal saat dirirnya tidak sanggup membayar uang sewa rumah.
Dimana, 2 tahun yang lalu suaminya pergi meninggalkan dirinya dan dua anaknya. Alhasil, dia pun berjuang sendiri demi membesarkan dua buah hatinya, dengan berpindah-pindah tempat.
“Suami saya kemarin pergi dijemput kakamnya. Katanya mau ke kampung, dan sampai hari ini tidak pulang – pulang,” ucapnya memulai pembicaraan, Senin (24/8/2020).
Bahkan, Sangkot mengaku tidak menyusul suaminya ke Sinunukan. Hal itu dilakukannya, lantaran dirinya tidak mempunyai biaya. “Biarkan ajalah bang, saya hanya fokus untuk membesarkan kedua anak saya, jika memang dia balik saya terima karna anak anak masih butuh kasih sayang seorang ayah,” katanya.
Wajah pucat Sangkot terlihat ketika ia menceritakan caranya bertahan hidup dalam kemiskinan selama dua tahun belakangan ini.”Saya menyambung hidup dengan memanen sayur kangkung dipersawahan, untuk dijual dipasar,” katanya. Dari hasil jualan sayur ia mendapatkan Rp. 20.000 yang baginya itu sudah cukup untuk keperluan keluarganya.
“Disukurin saja bang, orang begitu adanya, kalau gak ada kadang gak makan, ” terangnya
Dengan hidup serba berkekurangan dan memprihatinkan, Sangkot yakin pasti ada akhir dari apa yang ia alami dalam kehidupannya.“Dengan doa saya selalu panjatkan kepada tuhan, saya yakin ada perubahan dalam hidup ini,” katanya.
Baginya, kehidupan yang dibalut dengan kemiskinan adalah sebuah takdir dari tuhan yang harus dijalani tanpa harus mengeluh. “Untuk apa mengeluh, kita jalani aja dengan doa dan usaha,” katanya
(UA)