PADANG LAWAS- Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) menilai, diperlukan investigas multi pihak untuk mengungkap penyebab banjir di Sumatera Utara (Sumut), terkhusus di Kabupaten Padang Lawas.
Walhi mengatakan, banyaknya gelondongan kayu yang hanyut diindikasikan minimnya daya serap tanah, sehingga beban debit air akibat curah hujan tinggi, tidak terbendung. Dan diduga faktor penyebab banjir bandang tersebut.
“Selama kurun waktu 1 tahun pada 2021, sumatera utara terus dilanda bencana hidrometeorologi seperti banjir dan longsor. Ini mengindikasikan bahwa daya dukung lingkungan kita di sumatera utara mengalami penurunan,” terang Doni Latuperissa, Direktur Eksekutif Walhi Sumatera Utara.
Musibah banjir yang menghanyutkan dan merusak ratusan rumah warga itu diyakini bukan fenomena alam semata. Tapi diduga adanya bencana ekologis akibat kerusakan hutan lingkungan.
“Kejadian di Madina, Tapsel, Serdangbedagai, Tebing Tinggi, Padang lawas, dan daerah lainnya bukan hanya sebagai fenomena alam tetapi juga indikasi bencana ekologis akibat kerusakan hutan lingkungan. Pemerintah perlu melakukan perhatian khusus terhadap indikasi kerusakan lingkungan dan kehutanan yg terjadi di sumut,” tegas Doni.
Peristiwa banjir bandang di Padang Lawas disebutkan Doni, akan jadi perhatian Walhi. Dan tidak menutupi kemungkinan akan melakukan investigasi kerusakan lingkungan itu dalam waktu dekat.
“Kita akan rapatkan dulu begitu Kamis ini masuk kantor,” kata Doni.