
JAKARTA (LENSAKINI) – Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengungkapkan kekhawatiran pemerintah Indonesia atas lonjakan tarif impor yang diberlakukan oleh Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump terhadap produk-produk dari Indonesia. Menurutnya, kebijakan tarif baru tersebut bisa menekan kinerja ekspor nasional secara signifikan.
“Dengan diberlakukannya 10 persen tambahan, maka tarifnya itu menjadi 10% ditambah 10%, ataupun 37% ditambah 10%,” ujar Airlangga dalam konferensi pers daring dari AS, Jumat (18/4) atau Kamis (17/4) malam waktu setempat.

Ia menyebut bahwa sejumlah produk ekspor Indonesia, seperti tekstil dan garmen, menjadi sasaran utama dari kenaikan tarif tersebut. Dengan tambahan tarif hingga 10 persen, maka beban biaya ekspor menjadi lebih tinggi dan berpotensi menggerus daya saing produk RI di pasar AS.
“Jadi ini juga menjadi concern bagi Indonesia, karena dengan tambahan 10 persen ini ekspor kita biayanya lebih tinggi. Karena tambahan biaya itu diminta oleh para pembeli agar di-sharing dengan Indonesia bukan pembelinya saja yang membayar pajak tersebut,” katanya.
Dalam kunjungannya ke Negeri Paman Sam, Airlangga didampingi Wakil Menteri Keuangan Thomas Djiwandono dan Wakil Ketua Dewan Ekonomi Nasional Mari Elka Pangestu.
Mereka mengadakan pertemuan dengan jajaran pemerintahan AS, termasuk Menteri Perdagangan Howard Lutnick, untuk membahas solusi atas kebijakan proteksionis tersebut.
“Nah hasil-hasil pertemuan tersebut akan dilanjuti dengan berbagai pertemuan bisa 1, 2, atau 3 putaran dan kami berharap dalam 60 hari kerangka tersebut bisa dilanjuti dalam bentuk format perjanjian yang akan disetujui antara Indonesia dan Amerika Serikat,” lanjut Airlangga.